TOPIK
Berita Cerpen
-
Cerpen Chan Setu: Wilhelmina. Dua minggu yang lalu, kami sempat bercerita di trotoar jalan menuju ibu kota.
-
Cerpen Riko Raden: Ibu Siti Sedang Dirundung Duka. Langit menjadi gelap, guntur bergemuruh dan hati menjadi gundah malam itu.
-
Cerpen Stefan Bandar: Lilin Natal Untuk Mama.Angin berhembus kencang mematahkan beberapa pohon kayu yang belum terlalu tua.
-
Cerpen Thadeus Edison Putra: Garis Takdir. Dino terlihat sedih siang itu. Sesekali ia melihat kaki kanannya yang sudah diamputasi.
-
Cerpen Risky Kolin: Potongan-Potongan Pesan Untuk Natalia.Setiap kali engkau membaca surat ini, setiap kali juga mencintaimu.
-
Cerpen Riko Raden: Kembalikan Tanah Kami. Ada sebuah kampung, tempat nenekku dilahirkan. Suasana sangat sejuk dan udara segar.
-
Cerpen Jhoni Lae: Sepasang Lilin Untuk Masa Lalu.DIAS mengkerutkan dahi sambil menggeleng kepala tanda tidak percaya.
-
Cerpen Stefan Bandar: Aku dan Rinduku, apakah engkau pernah merasakan rindu? Jawabannya mungkin iya seperti jawabanku.
-
Oh Love of My Life. Ah, Angie manisku. Mampukah aku melupakanmu dengan kebebasanku yang kian terpenjara ini?
-
"Iya. Kedai buku tempatnya." "Siapa pemiliknya?""Seorang kakek, Elia namanya.""Di mana letak keberadaan kedai buku tersebut?"
-
Ibuku seorang penyambung pesan yang sempurna, derap langkah kakinya tak pernah didengar, aroma tubuhnya selalu akrab di setiap pagi.
-
Tino demikian orang menyapanya. Ia bekerja sebagai penjual koran. Ia geluti pekerjaan ini sejak ia masih kecil.
-
"Demon, jangan kau ikut demo-demo itu. Kau urus saja kuliahmu! Jangan kau pikir soal negara ini, sudah ada orang yang atur.
-
Tempat berukuran kecil dengan dinding dari belahan bambu, lantai dari papan pohon kelapa dan atap dari alang-alang.
-
Ginjal yang kumiliki kini tidak lagi cocok denganku. Lebih menyakitkan lagi bahwa aku pernah mendapatkan donor ginjal.
-
Cerpen Petrus Nandi: Beranda Rumah dan Senja yang Bisu. Entah sudah sekian menit kau menunggu di sana.
-
"Ayah, kalau sudah mengantuk biar tidur duluan. Aku masih tetap di sini." Kataku padanya.
-
Gadisku di Sudut Nisan :Cerpen Arnold Aliando Bewat. Ibu tak sanggup menutupi dirimu begitu cepat dengan debu yang membentuk badanmu.
-
Namaku Mariposa, lengkapnya Rosa Mariposa.Belakangan baru aku tahu nama itu menggunakan kata Bahasa Latin dan Spanyol, pemberian ayah.
-
Rona langit yang makin gelap menghantarku pada peresapan kehadiran alam semesta yang tak pernah dapat ditebak arah dan musimnya.
-
Laki-laki itu berjalan menjauh. Memunggungi perempuan berambut ikal, dengan dipenuhi sesak segala rasa dalam dadanya.
-
Ibu berkata demikian, sehari sebelum kematiannya, dan saat
kematiannya adalah saat melepaskan nafas dari tubuh.
-
Cerpen Riko Raden: Di tangannya selalu menggengam sebuah rosario. Dia tersenyum saat aku dan ibu ingin menghampirinya.
-
Aku malu dengan semua hutang yang terus melilit hidupku. Ya, aku mendingan mati saja agar semua urusankuselesai. Aman.
-
"Pergilah, Nak. Kelak ketika matahari kebanggaanmu mesti terbenam di atas atap yang menguzur oleh kehendak waktu.
-
Menanti dalam kerinduan tentang hadirnya sang titisan Dewi yang datang menemaniku dalam penantian sepi.
-
Cerpen :"Ah, Jimmy, kapan aku mengenalnya?" Minggu yang lalu, tepatnya Kamis ketika hari sedang cerah dan angin bertiup perlahan.
-
Cerpen Riko Raden: Pergilah. Itulah janji kami berdua walau hanya lewat media sosial. Kami berjanji agar secepatnya bisa bertemu.
-
Cerpen Wildus Tuname: Di Cerita Fajar. Perjumpaan kami sore itu adalah pelepasan rindu yang selalu menunggangi setiap langkah kami.
-
Menurut cerita lepas dari mereka yang sudah menyelesaikan masa studi di Makasar biaya pendidikan di Kota Makasar terbilang murah.
© 2021 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved