Berita Cerpen
Cerpen Os Hayon: Kedai Buku di Kepala Elia
"Iya. Kedai buku tempatnya." "Siapa pemiliknya?""Seorang kakek, Elia namanya.""Di mana letak keberadaan kedai buku tersebut?"
POS-KUPANG.COM|KUPANG - I
"DARI mana kamu mampu menjawab semua pertanyaan yang telah diajukan kepadamu?"
"Dari suatu tempat. Aku sering berkunjung bahkan memperoleh banyak pengetahuan." Jelas Sisilia dengan tenang.
"Suatu tempat?"
"Iya. Kedai buku tempatnya."
"Siapa pemiliknya?"
"Seorang kakek, Elia namanya."
"Di mana letak keberadaan kedai buku tersebut?"
"Bagiku letak kedai buku itu sendiri sangat sulit ditemukan oleh kebanyakan manusia." Ujar Sisilia pelan sementara tatapan tajamnya menerawang jauh.
• Pelni Tambah Frekuensi Tiga Daerah di NTT Untuk Layani Natal dan Tahun Baru
"Maksudmu, letak kedai buku itu sendiri jauh dari keramaian dengan kapasitas pengunjungannya yang sangat minim. Jarang didatangi, kurang terkenal, dan lebih tepat lagi keberadaannya di tempat yang terpencil." Sergahku seperti mampu menembak isi pikirannya.
"Bukan!"
"Lalu di mana?"
"Di kepalanya." Tegas Sisilia sambil memperlihatkan senyum hangat yang berhasil memperpanjang lengkungan garis-garis di kedua ujung bibirnya.
"Apakah engkau berminat mengunjungi kedai buku tersebut?" Gadis itu menceletuk pelan. Sementara tatapannya belum juga beralih dari ujung sepatunya.
"Selama ini aku kurang berminat jika di ajak ayah." Jelasku lalu melanjutkan,
"Tetapi kali ini aku merasa begitu berminat."
"Karena ayahmu?" Timpal Sisilia lalu mencebik.
"Bukan!"
"Lalu?" Perlahan ditatapinya aku dengan tenang.
"Karena kamu." Ucapku polos lalu beranjak pergi.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, wajah seorang kakek seakan terpampang jelas di hadapanku. Matanya nampak bulat. Jenggotnya panjang sejengkal sempat dihempaskan angin. Sementara di keningnya terlihat pematang-pematang sawah membentang. Kulit wajahnya menampilkan bintik-bintik hitam. Kusam.
Deretan gigi kuningnya terpampang. Tapi anehnya, kedai buku seperti ada di kepalanya. Banyak buku tersusun rapi. Buku puisi, buku cerpen, buku politik, buku filsafat, buku teologi, buku kumpulan esay, bahkan buku-buku pelajaran yang pernah ku pelajari.
Buku matematika, kimia, fisika, biologi, geografi, sejarah, sosiologi, bahasa latin, bahasa jerman, bahasa inggris, dan sebagainya.
• DPRD Magetan Berkunjung ke Manggarai, Wabup Madur Paparkan Program Simantri
II
Pagi ini suasana rumah yang kudatangi itu masih nampak seperti seorang pria tua masih bersimpuh diam dengan beberapa buah buku terdapat di pangkuannya.
Tatapan tajamku ke arah wajahnya seakan membuatnya keheranan. Kutatap dirinya sambil memastikan apakah pria itu pemilik kedai buku di kepalanya. Semakin aku beranjak mendekatinya, semakin pula terlintas akan raut wajahnya yang pernah hadir waktu itu.