Berita Cerpen

Cerpen Riko Raden: Ibu Siti Sedang Dirundung Duka

Cerpen Riko Raden: Ibu Siti Sedang Dirundung Duka. Langit menjadi gelap, guntur bergemuruh dan hati menjadi gundah malam itu.

pos kupang
Cerpen Riko Raden: Ibu Siti Sedang Dirundung Duka 

POS-KUPANG.COM|KUPANG - Langit menjadi gelap, guntur bergemuruh dan hati menjadi gundah malam itu.

Langit menjadi tak berbintang dan gelap sekali. Pekat. Perlahan tapi pasti, rintik-rintik hujan menikam tanah dan menghantam atap rumah ibu Siti.

Menggelegar. Pekak. Hujan malam itu tak mengubah percikan luka pada luka yang basah. Sepertinya hujan tak peduli dengan keadaan ibu Siti yang sedang dirundung duka.

Tak Bisa Menahan Beban, Jembatan Gantung di Bengkulu Putus 9 Orang Tewas, Berikut Daftar Nama Korban

Hati ibu Siti seakan terisi sembilu. Sebilah pedang menikam tajam masuk jantungnya, menusuk dan perih sekali. Dalam rumah yang selalu sepi, tanpa ada suara juga bunyian musik, ibu
Siti mengingat kembali peristiwa yang sangat menyedihkan dalam hidupnya.

Ia seakan tak percaya dengan peristiwa itu. Ketika ia mengingat kembali peristiwa itu, ia seperti tanaman tanpa bunga. Kering dan mati. Dan dunia tidak berarti lagi. Peristiwa itu membuatnya kini menjadi pengalaman pahit sekaligus menyakitkan dalam sejarah hidupnya.

Hari-hari hidupnya hanya bergulat dengan diri sendiri dalam rumah yang sepi. Ia setia menemani diri sendiri tanpa peduli dengan situasi di luar dirinya. Ia tidak seperti embun pagi yang tumbuh segar di pagi hari.

Kini, ibu Siti bagaikan pohon tanpa akar, tumbuh tanpa ada pengarapan untuk hidup lagi.

Ibu Siti adalah seorang janda yang sudah lama ditinggalkan oleh suaminya. Kala itu suaminya meninggal dunia karena sakit. Ia merasakan kehilangan sosok yang sangat dicintainya. Ia ingin tetap bersama suaminya sampai anak mereka menjadi orang yang sukses, namun rencana Tuhan lain.

Tamu Kita: Marcu Buana Mbau: Jadi Pelayan Masyarakat TTS

Tuhan telah mencintai suaminya hingga Tuhan sendiri yang memanggilnya. Suaminya meninggal dunia dengan keadaan ibu Siti yang sedang mengandung anak pertama mereka. Ia takut kelak anaknya akan bertanya tentang ayah. Ibu Siti entah jawab seperti apa. Mungkin anaknya nanti berpikir kalau ia dilahirkan sebagai anak ilegal. Lahir tanpa seorang ayah. Mungkin anaknya tidak percaya kalau ayahnya meninggal dunia karena sakit.

Selama sembilan bulan ibu Siti mengandung anaknya, ia masih terbawa dengan pikirannya ini. Ia terus mencari jawaban agar anaknya nanti bisa mengerti kalau ayahnya telah meninggal dunia karena sakit.

Kini ibu Siti melahirkan anak perempuannya tanpa ditemani sang suami. Ia melahirkan anaknya ini dalam rumah yang sepi, sunyi dan gelap. Ketika anaknya menangis di subuh sunyi, ibu Siti hanya memiliki napas. Tak ada apa-apa yang dipersiapkannya. Ia hanya memiliki kain lampin, popok dan berbagai perlengkapan bayi lainnya.

Itu pun karena disantuni para tetangga yang berbelas kasih. Kadang ia merasa pilu dengan semua itu dan merasa berutang budi dengan hati yang penuh cinta itu. Ingin hatinya memeluk suami seperti kupu-kupu bercumbu pada sepucuk bunga, tapi apa daya semua itu hanyalah angan-angan.

Ikaporatim Kupang Gelar Misa Inkulturasi, Ini Yang Dilakukan

Hanya doa yang kadang tidak terlalu yakin ia sampaikan menjadi upah bagi mereka yang menaruh perhatian pada nasibnya dan anaknya. Kesedihan menyelimuti diri juga anak perempuan semata wayangnya yang masih kecil.

Selepas kepergian sunaminya, ibu Siti masih memikirkan anak perempuan semata wayangnya. Ia berpikir untuk menghidupi anaknya agar kelak menjadi anak yang membanggakan keluarga. Ia menjadi bingung untuk merawat anaknya karena selama suaminya masih hidup, kehidupan mereka sangat baik. Keadaan seperti ini membuat ibu Siti bingung.

Halaman
1234
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved