Berita Cerpen
Cerpen Chan Setu: Wilhelmina
Cerpen Chan Setu: Wilhelmina. Dua minggu yang lalu, kami sempat bercerita di trotoar jalan menuju ibu kota.
POS-KUPANG.COM|KUPANG - Dua minggu yang lalu, kami sempat bercerita di trotoar jalan menuju ibu kota.
Di tengah keramaian dan bisingan roda dua maupun empat yang lalu lalang, hilir-mudik aku menghitung satu atau dua kali tawa renyah di sudut bibirnya.
Sempat juga, beberapa kali aku membusungkan mataku agar bisa menatapnya lebih jelas dan lama wajahnya yang dibias rembulan malam minggu kali ini.
Meskipun gelap semakin gulita, aku mengagumi wajahnya sekalipun bulan harus tanggal dan pergi meninggalkan kegelapan.
• Cantiknya Tiarani Savitri, Putri Mulan Jameela yang Mulai Beranjak Dewasa, Lihat Penampilannya
"Aku jatuh cinta padanya." Ucapku keceplosan.
Ia berhenti dengan mata menatapku tajam. Memberi tatapan dengan seribu tanya yang mengundang wajahnya merah merona sambil mulutnya komat-kamit kegagapan persis seperti tidak terbiasa dengan ungkapan-ungkapan yang baru saja aku keceplosan itu.
"Apa katamu barusan, Jim?"
"Aku jatuh cinta padanya." Siapa sih yang kau maksudkan dari subjek "nya" itu? Tanyanya dengan mengantisipasi kalau-kalau bukan dia yang kumaksudkan.
"Aku jatuh cinta pada semesta. Cintaku itu lahir dari pesona wajahmu. Seringkali aku menghitung ribuan senyum yang jatuh dari orang-orang sepertimu. Polos, sederhana, simple, cantik dan lebih menariknya lagi kau pandai membawa dirimu dalam setiap situasi.
Dan akhirnya aku kagum dan membuatku begitu mencintainya. Ia sungguh luar biasa. Menciptakan kaum-kaummu dengan keindahan dan kecantikan yang tak dapat dibahasakan oleh kalimat-kalimat panjang atau sekadar kebelat ingin berpamitan keluar.
Kau dan kaum-kaummu merupakan ciptaan yang paling luar biasa di dunia ini."
• Mulai Terusik, Ketua KPK Ultimatum Oknum yang Sembunyikan Harun Masiku, Ancamannya Tidak Main-main!
"Darimu aku belajar bahwa sesungguhnya cinta tak harus pergi. Sekalipun ia harus berpisah untuk selamanya atau sekadar dipisahkan oleh waktu dan jarak mungkin juga pisah karena bosan dan akhirnya diputusin. Namun, cinta akan terus kembali.
Sederhananya, seperti ungkapan Sujiwo Tedjo dalam sajak-sajak kecilnya yang pernah beberapa kali kubacakan kepadamu
"Tuhan menciptakan pundak laki-laki agar mampu menampung tangis perempuan dan Tuhan menciptakan air mata perempuan agar laki-kali paham bahwa ia tak sendirian."
"Ah., jujur saja aku mencintainya karena aku mengagumimu lebih dari sekadar cinta."
Semua jawabanku terlalu berbelit seputar mencintai. Malam itu, aku mencintainya begitu juga untuk malam-malam berikutnya.
Perjalanan, perjumpaan, kebersamaan dan perpisahan di gang-gang yang membedakan rutinitas kami semakin membuatku takut. "Takut menghilangkan rasa atau barangkali lebih tepatnya aku takut kehilangan segala yang kukagumi darinya."
• Warga Australia Minta Pemerintahan Scott Morrison Bantu Angkut Warganya yang Terjebak di Kota Wuhan