Liputan Khusus

LIPSUS: Paulus Ditembak dari Jarak 5 Meter, Pengakuan Korban Penembakan UPF Tiles

Paulus Taek Oki (69), korban penembakan mengaku ditembak seorang Unidade Patrullamentu Fronteira (UPF) Negara Timor Leste dengan jarak 5 meter

|
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
BENTROK - Selongsong peluru kaliber 5, 5 milimeter diduga milik UPF Negara Timor Leste yang tercecer di TKP usai bentrok dengan warga Desa Inbate, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin, 25 Agustus 2025. 

POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU – Paulus Taek Oki (69), korban penembakan mengaku ditembak seorang Unidade Patrullamentu Fronteira (UPF) Negara Timor Leste dengan jarak 5 meter pada, Senin (25/8/2025).

Warga RT/RW, 003/003, Dusun 3, Desa Inbate, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) ini kemudian memiringkan sedikit badan ketika senjata laras panjang yang digenggam seorang UPF Negara Timor Leste dengan moncong menuju ke arah dadanya itu meletus.

"Saya miringkan sedikit badan supaya tidak kena di dada," ujarnya saat ditemui Pos Kupang, Selasa (26/8) di Ruang Rawat Inap RSUD Kefamenanu.

Saat menembak, UPF Timor Leste tersebut berdiri dalam posisi ancang-ancang dengan kepala sedikit menunduk. Sementara beberapa orang warga lain yang berhadapan langsung dengan UPF di lokasi tersebut berjarak kurang dari 1 meter.

"Tapi kita punya rakyat hanya saya sendiri yang kena (tembakan)," ucap Paulus dengan mata berbinar-binar.
Pria kelahiran 12 Desember 1955 ini menjelaskan, sebelum insiden itu terjadi, dirinya dan 23 warga lainnya hendak memotong alang-alang untuk membuat atap rumah adat di atas lahan seluas 18 hektare. Lahan tersebut merupakan milik warga Desa Inbate yang diwariskan sejak turun temurun.

Baca juga: Korban Penembakan UPF Timor Leste di Tapal Batas RI-RDTL Pulih dan Dikembalikan ke Keluarga 

Ketika sedang berjalan menuju TKP, warga tersebut menemui sejumlah warga Negara Timor Leste sedang menggali lubang di sekitar lahan milik warga yang diduga bertujuan untuk membangun patok perbatasan Timor Leste.

Kaget melihat aktivitas warga Negara Timor Leste di lahan mereka, warga Desa Inbate tersebut kemudian berteriak. Sontak warga Negara Timor Leste itu kemudian kabur ke dalam wilayah mereka. "Mereka sudah campur semen dan pasir di lubang (untuk buat patok perbatasan)," ujarnya.

Warga kemudian memotong alang-alang sambil membakar rumput kering yang berada di dalam lahan milik mereka. Tidak lama berselang, warga Timor Leste yang sebelumnya kabur, datang bersama 7 orang UPF Negara Timor Leste.

Suasana seketika berubah memanas. Sejumlah warga yang mendengar bunyi letusan senjata tersebut berubah membabi-buta. Mereka tak gentar meskipun sejumlah moncong senjata laras panjang milik UPF Negara Timor Leste mengarah ke dada mereka.

"Mereka datang langsung tembak. Tidak omong bagaimana-bagaimana. Senjata itu mereka pegang. Tembak kita di situ di kita punya wilayah itu," ungkapnya.

Saat itu, Paulus dan warga yang lain sedang berada di lereng bukit. Sedangkan UPF dan warga Timor Leste berada di puncak bukit tersebut. Sementara Paulus berada pada barisan paling belakang dari masyarakat.

Usai ditembak UPF Timor Leste, kata Paulus, masyarakat kemudian melempar batu ke arah UPF tersebut. Beberapa orang warga juga terlibat perkelahian jarak dekat dengan UPF Timor Leste.

Baca juga: Warga Desa Inbate Kabupaten TTU Diberondong Senjata UPF Timor Leste dengan Jarak Tembak 5 Meter 

Ia mengaku tidak merasakan sakit luar biasa usai ditembak. Paulus masih sempat menggerakkan tangannya usai peluru menembus kulitnya. Usai ditembak, ia kemudian diantar anaknya dan beberapa orang warga ke Puskesmas Inbate untuk menerima perawatan medis.

Menurutnya, tanah tersebut merupakan warisan leluhur Desa Inbate. Sejak zaman Belanda, diakui bahwa tanah tersebut merupakan tanah milik warga setempat. Selama ini, masyarakat mengolah lahan tersebut untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat menolak pembangunan patok perbatasan oleh pihak Timor Leste di atas tanah milik mereka.

"Dia melarang itu, kita tidak mau, mau jual kami punya negara, kami tidak mau. Saat itu kami sendiri. Tidak ada polisi (Indonesia), tidak ada tentara (Indonesia) " kata Paulus.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved