Opini

Opini: Sumpah Pemuda dalam Tsunami Literasi

Sejatinya, kekuatan suatu bangsa selalu mengakar pada kualitas nalar dan kepekaan rasa generasi mudanya. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI YOGEN SOGEN
Yogen Sogen 

Laporan UNESCO menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, yang berarti dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. 

Angka ini adalah tamparan telak bagi kita yang mengklaim diri sebagai bangsa besar.  

Kita seolah melenyapkan sejarah, bahwa republik ini berdiri atas ketajaman literasi para pejuang. 

Masalah ini, kata Mendikdasmen Mu’ti, disebabkan adanya kesenjangan kualitas hasil belajar antarwilayah, sebuah ketimpangan akut dan struktural. 

Hal ini menjadi tantangan fundamental pendidikan di Indonesia yang perlu dibenahi bersama. 

Mu’ti mengatakan perlu ada intervensi lebih untuk mengatasi berbagai ketertinggalan, terutama di sebagian kawasan, khususnya Indonesia bagian timur, persis seperti yang tercermin dari kabar Darurat Literasi di NTT. 

Padahal, dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia justru berada di atas negara-negara Eropa. 

Bahkan, menurut laporan World Population Review 2025, Indonesia tercatat sebagai negara dengan produksi buku terbanyak kelima di dunia, yakni dengan 135.081 judul buku diterbitkan setiap tahunnya. 

Ironi ini harusnya menggugah kesadaran kita, bahwa kita rajin memproduksi buku, tetapi masyarakat kita tidak membacanya. 

Kuantitas penerbitan ternyata tidak menjamin kualitas nalar. Kita lebih cerewet di media sosial, tetapi lupa mempertajam nalar. 

Membaca sebagai Ritual Komunal

Secara pribadi, saya masih menyimpan memori tentang bagaimana jiwa dan dedikasi itu pernah membentuk sebuah generasi. 

Saya ingat betul, saat SD di SDK Lewotala, Kabupaten Flores Timur, ketika lonceng istirahat berbunyi, kami diarahkan guru-guru masuk ke perpustakaan. 

Di ruangan itu, tersedia buku-buku cerita bergambar, seperti kisah Nabi Yunus dan Ikan Paus yang masih segar dalam ingatan ini. 

Ada pula  legenda dan cerita-cerita rakyat yang menari-nari dan merangkai imajinasi. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved