Opini
Opini: Terobosan Melki Laka Lena Membangun NTT yang Berkarakter
Karakter menggambarkan keunggulan dan keteguhan moral serta kualitas mental dan etika yang sering mencirikan seseorang, kelompok, atau bangsa.
Oleh: JB Kleden
Dosen IAKN Kupang
Tanpa karakter yang memadai, NTT tidak cukup syarat dan tidak berpotensi untuk menjadi provinsi yang maju.
POS-KUPANG.COM - Dalam wisuda Institut Agama Kristen Negeri Kupang, Rabu (22/10/2025) Gubernur NTT, Melki Laka Lena kembali menyampaikan pesan kuatnya membangun NTT. NTT membutuhkan generasi muda yang beriman, cerdas, dan berkarakter.
Pesan tersebut merupakan refleksi mendalam atas tantangan pendidikan dan pembangunan manusia di provinsi yang masih bergulat dengan berbagai persoalan sosial.
Gubernur Melki Laka Lena menekankan bahwa literasi dan numerasi bukan hanya soal membaca dan berhitung, tetapi kemampuan bernalar dan berpikir kritis.
Baca juga: Opini: Keluarga sebagai Tempat Utama Humanisasi
Ia juga memperkenalkan kebijakan jam belajar dan jam ibadah keluarga setiap pukul 17.30–19.00 Wita, sebagai terobosan mengembalikan keluarga sebagai ruang pendidikan pertama dan utama.
Di saat yang sama, ia menyoroti meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja. Sebuah fenomena sosial yang tidak hanya mencemaskan tetapi juga melahirkan nyeri dan menyesakkan dada.
Generasi emas yang malang. Betapa nelangsa mendengar ajakan gubernur yang lebih terdengar sebagai untaian doa, agar kampus, gereja, dan keluarga bersinergi membentuk gaya hidup sehat dan bermoral.
Meski kita tahu semua itu hanya harapan. Dan harapan sering kali tak lain hanya cara kita belajar berdamai dengan kekecewaan.
Tapi setidaknya ikhtiar untuk menyelamatkan anak-anak kita, mutlak dilakukan. Sebab yang berdarah pada anak berdarah juga pada orangtua. Yang terluka pada anak didik bernanah pada guru, menginfeksi lembaga pendidikan.
Saat omong-omong usai wisuda, saya mendapat kesan Gubernur Melki Laka Lena ingin membangun generasi muda NTT dengan paradigma “the inside out”. Dimulai dengan perbaikan diri dan pembentukan karakter. Di sini dibutuhkan konsistensi dan keteladanan.
Karakter menggambarkan keunggulan dan keteguhan moral serta kualitas mental dan etika yang sering mencirikan seseorang, kelompok, atau bangsa.
Negara-negara seperti di Eropa barat, Jepang, dan Selandia Baru secara rata-rata begitu hebat karakter manusianya: pekerja keras, akhlak yang mulia, respek terhadap lingkungan hidup dan sesame, jujur, cinta tanah air, dan seterusnya.
Untuk menjadi negara maju, kualitas karakter manusianya harus hebat. Ini merupakan basic personality.
Ketika sudah dipenuhi, pengembangan berbagai kompetensi akan lebih mudah. Dan generasi kita belum memiliki karakter yang memadai. Tanpa karakter yang memadai, NTT sulit menjadi provinsi yang maju.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.