Cerpen

Cerpen: Rumah Doa yang Tak Pernah Tutup

Dan yang paling penting, lorong ini membuktikan bahwa doa adalah bahasa yang dipahami semua orang. Tanpa memandang agama, suku, atau status. 

Editor: Dion DB Putra
unsplash.com
ILUSTRASI 

"Alhamdulillah, Bu. Doa kita dikabulkan."

"Terima kasih sudah ikut berdoa."

Tiba-tiba dari kamar 205 ada suara.

"Sus... Suster..."

Suster Eni berlari. Pak Harto yang koma seminggu tiba-tiba sadar.

"Pak Harto! Alhamdulillah!"
Dua keajaiban dalam satu malam. Atau mungkin bukan keajaiban. Mungkin hasil doa bersama. Doa tulus dari semua orang.

Pak Sarno duduk di bangku lorong. Lelah tapi bahagia. Dia lihat orang-orang di sekelilingnya. 

Orang baik yang setiap malam mengisi lorong ini dengan doa untuk orang lain. Yang peduli pada orang yang bahkan tidak mereka kenal. 

Lorong yang penuh berkah, penuh harapan, penuh kebaikan.

"Pantas lorong ini paling istimewa," pikirnya. "Karena di sini semua orang jadi malaikat. Di sini semua doa bercampur jadi satu, naik ke langit bersama-sama."

Cahaya pagi semakin terang. Hari baru dimulai. Tapi rumah doa ini tidak pernah berhenti beroperasi. Selalu buka. Selalu menerima siapa saja yang ingin berdoa, berharap, mencinta.

Karena di lorong ini, doa bukan hanya ucapan. Doa adalah napas. Doa adalah detak jantung yang menolak menyerah. 

Doa adalah pengharapan yang mengalir di setiap sudut, di setiap langkah kaki yang berlalu-lalang, di setiap bisikan yang terlontar.

Dan yang paling penting, lorong ini membuktikan bahwa doa adalah bahasa yang dipahami semua orang. Tanpa memandang agama, suku, atau status. 

Di lorong penuh berkah ini, semua sama. Semua berharap. Semua berdoa.

"Di tempat yang paling dekat dengan kematian, justru kehidupan paling terasa nyata." (*)

*) Penulis adalah guru SMK di Pulau Sumba yang punya hobi menulis 

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved