Opini
Opini: Menegaskan Kembali Identitas Kebangsaan Umat Katolik Indonesia
Vatikan adalah Negara Eropa pertama yang menyatakan dukungan politik bagi kemerdekaan Republik Indonesia.
Sri Paus Fransiskus meneruskan semangat Fransiskus Assisi untuk menyerukan upaya membangun kehidupan bersama di mana setiap orang dapat dan semestinya saling memperlakukan sebagai saudara.
Namun pada sisi yang lain, saya meyakini Sri Paus juga mengikuti berbagai informasi bahwa Gereja Indonesia memiliki pengalaman yang khas tentang bagaimana mengembangkan persaudaraan di tengah hidup yang penuh kemajemukan.
Sebagai sebuah bangsa, Indonesia memiliki dukungan kultural yang memadai untuk mewujudkan harapan-harapan Sri Paus.
Semangat Bhinneka tunggal Ika, kesadaran akan adanya “Yang Satu” yang menyatukan semua yang berbeda dengan tingkat kemajemukan sangat tinggi, Indonesia adalah laboratorium di mana kehidupan bersama dalam dialog dan kerukunan dipraktikkan. Kita belajar dialog dari hidup, bukan dari sebuah dokumen.
Dukungan kultural ini sangat bernilai dan memberikan harapan bagi dunia di tengah sekularisme yang melelahkan di Eropa dan perang saudara serta radikalisme yang terus melanda saudara-saudari kita di Timur tengah, yang membuat dunia kehilangan kemampuan untuk berbicara tentang persaudaraan dan perdamaian.
Selain itu kawanan kecil Gereja Indonesia memiliki arti khusus dalam peta karya misioner Gereja saat ini. Sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak di dunia, Indonesia termasuk tanah yang subur bagi panggilan khusus menjadi biarawan/wati dan religius.
Di Roma banyak biara anggota terbanyak saat ini berasal dari Indonesia. Dalam catatan saya saat ini ada sekitar 1.670 orang suster dan pastor Indonesia di Italia. Vatikan mengikuti perkembangan ini.
Pada 2 Februari 2022, dalam perayaan Hari Hidup Bakhti sedunia Paus menyebut nama Indonesia sebagai daerah subur untuk panggilan hidup membiara.
Realitas keindonesiaan yang khas: Kemampuan dialog sebagai warisan tradisi yang secara historis kultural menandai pertemuan antara suku-suku asli Indonesia dengan agama aslinya yang membentuk Indonesia, penghargaan tinggi pada religius sense pada semua agama asli maupun pada agama agama wahyu yang datang kemudian menjadikan Indonesia sebagai laboratorium bagi kemajemukan dan dialog di dunia.
Keadaan seperti ini akan menjadikan kunjungan Sri Paus ke Indonesia sebuah peneguhan dan hiburan. Karena selalu ada harapan di bumi nusantara ini.
Akhirnya kekatolikan yang mengajarkan kemuliaan Tuhan dalam kemanusiaan yang universal, telah menjadi nilai yang meresapi identitas kebangsaan umat Katolik Indonesia.
Kunjungan Sri Paus entah sebagai seorang kepala negara maupun sebagai seorang pemimpin umat Katolik sedunia, adalah undangan bagi kita sebagai umat Katolik yang sekaligus warga bangsa Indonesia untuk kembali menjadi orang Katolik dan orang Indonesia yang bertanggung jawab bagi kesejahteraan hidup umat manusia.
Tanpa perlu merasa sebagai minoritas di negeri yang besar ini, dengan bangga dan kepala tegak kita harus tetap berjuang untuk mewjudukan apa yang diajarkan oleh St. Yohanes Don Bosco, bahwa kita adalah warga Gereja Katolik yang setia dan juga warga masyarakat Indonesia yang unggul, bagian dari 275 juta rakyat Indonesia yang mendiami bumi nusantara ini. Inilah identitas kita: Pro Patria et Ecclesia. 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.