TOPIK
Cerpen
-
Pesawat mendarat dan penumpang bergegas keluar. Bandara menyambut saya dengan aroma laut yang klise.
-
Di dalam lipatanku yang lusuh tersimpan kebenaran universal: perempuan-perempuan sandwich bukanlah korban keadaan
-
Mendung menyelimuti kota bagaikan bidadari menangis di batas cakrawala. Air matanya jatuh berupa bayang-bayang hitam menutupi lanskap kota.
-
Kesalahan kedua: tidak memahami bahwa ketakutan bisa membuat orang melakukan hal-hal yang di luar karakter mereka.
-
Rumah mungil dengan jendela yang tak pernah dibuka lebar, karena aku tak ingin dunia tahu betapa pekat luka yang tinggal di dalamnya.
-
Mama Soini tak pernah belajar membaca. Tapi ia bisa menebak musim hanya dari retak di tanah atau arah bayangan pohon asam di halaman.
-
Jumlahnya tidak besar, tapi cukup untuk keluarga kecil mereka. Saat itu ia berjanji akan mengembalikannya dalam sebulan.
-
Ibu meletakkan sulamannya, matanya menatap jauh. "Sudah lama, Nak. Tapi luka itu tak pernah kering.
-
Teriakan yang biasa. Kesalahan kecil menjadi amarah besar. Hanya karena handuk anaknya tidak diletakkan di kamar mandi.
-
"Luka itu tidak pernah benar-benar sembuh," tulis Ratih, "ia hanya berubah bentuk, menjadi kebijaksanaan yang pahit."
-
Tapi semua tahu, mesin tua tak peduli siapa yang mengemudi. Kalau mesin itu mogok, nyawa juga ikut terseret.
-
Apa boleh buat, kakimu terasa berat untuk melangkah barang tiga empat langkah. Akankah kau tetap duduk manis di bangku tua berdebu itu?
-
Ia tak pernah menyangka akan kembali ke kampung ini tanpa gelar, tanpa upacara kelulusan, tanpa senyum.
-
Dan yang paling penting, lorong ini membuktikan bahwa doa adalah bahasa yang dipahami semua orang. Tanpa memandang agama, suku, atau status.
-
Aku terlalu sibuk dengan mimpi yang kurajut. Lebih dari itu, rasa mulai benar-benar timbul dari sebuah pandangan yang penuh rahasia saat engkau
-
Ketika jeda yang baru akhirnya muncul di balkon, kerumunan tak hanya menyembunyikan, mereka diam dalam haru.
-
Instingku memang selalu benar. Aku tahu bahwa akan ada kisah yang berakhir dengan kenangan luka.
-
Setiap pagi, Riki berjalan kaki menyusuri jalan setapak, membawa tas kain lusuh berisi buku- buku yang dicintainya.
-
Socrates, sebagai seorang pemimpin, sering duduk sendiri di balkon istananya, memandangi langit malam yang luas.
-
Di balik gerbang itu, tinggal seorang wanita yang pernah mengisi hari-harinya dengan tawa dan cinta.
-
Aku tidak setuju dengan pendapat ini. Alasannya sederhana; jika bagiku engkau adalah mantanku, maka bagimu aku adalah mantanmu.
-
Ia terjebak dalam pusaran keresahan tentang masa lalu yang telah berlalu, masa kini yang membingungkan, dan masa depan yang tak pasti.
-
Socrates bukanlah seorang cendekiawan dalam arti formal, tetapi jiwanya terus berkelana, menelusuri jejak-jejak kebijaksanaan yang terserak.
-
Ada apa dengan kemesraan mereka? Apakah ada yang salah? Apakah mereka rindu akan sebuah kemesraan?
-
Waktu masih menunjukkan pukul 07.10 ketika aku sampai di sekolah. Aku segera masuk ke kelas untuk menaruh tasku.
-
Sambil tetap berbaring di atas rerumputan. Di bawah pohon mangga yang rindang, aku membawa pikiranku kembali padamu, "Damaris Kurniawan".
-
Aku tak percaya begitu saja. Bagaimana mungkin sejumput rempah bisa menahan hujan yang sudah mengguyur sejak fajar?
-
Dalam keheningan yang penuh kehangatan itu, matahari, penguasa langit yang setia, menyampaikan kabar pada bumi.
-
Saat kabar itu menyentuh telingaku, aku kehilangan segalanya. Kata-kata terhenti di ujung lidahku, seolah dunia merampas suaraku.
-
Kakek adalah sosok lelaki bersahaja, dengan kulit legam yang menyimpan jejak ciuman matahari sepanjang hidupnya.
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved