Cerpen

Cerpen: Sebuah Pertemuan yang Mengingatkan

Aku terlalu sibuk dengan mimpi yang kurajut. Lebih dari itu, rasa mulai benar-benar timbul dari sebuah pandangan yang penuh rahasia saat engkau

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO
ILUSTRASI 

Oleh: Yohanes Boli Jawang*

POS-KUPANG.COM - Kita mulai berbagi cerita tentang beberapa kisah yang tak begitu akrab saat masih begitu polos.

Kita saling mengenal tanpa kedekatan yang membuat kita benar-benar berjarak. Hanya sedikit cerita yang timbul dari keheningan dan kebisuan bibir yang memang sungguh-sungguh kehabisan kata untuk berkata. 

Di atas segalanya ini, kejujuran harus diakui. Ingatan masih begitu hangat.  Saat itu keheningan menjadi selubung dari segala hari yang membuat kita terlalu jauh dari keakraban. Tak banyak kata yang kita lukisan dari berbagai perjumpaan yang perna ada.

Hay, hello, apa kabar? Ada sedikit basa-basi layaknya dua orang asing yang tak sengaja bertemu di belantara jagat adalah sedikit kata dari sekian banyak yang lupa kita ucapakan. 

Kita begitu enggan satu dengan yang lain. Apa mungkin karena perbedaan membuat kita harus benar-benar menjadi enggan untuk lebih terbuka? Bukankah kita punya banyak waktu yang berlalu tanpa kata-kata?

Aku terlalu sibuk dengan mimpi yang kurajut. Lebih dari itu, rasa mulai benar-benar timbul dari sebuah pandangan yang penuh rahasia saat engkau terlelap oleh kebisingan. 

Awalnya aku tak begitu yakin, hanya saja hati telah membuktikannya. Saat kita benar-benar sibuk dengan berbagai macam tuntutan, hati jadi ingat dipenuhi rindu. 

Tapi kesadaran timbul bahwa aku masih terlalu lemah untuk berkata dengan jujur.

“Ia mungkin sudah menggenggam mimpi, lalu aku hanya seorang perajut mimpi biasa yang masih mencari arah.” Gumamku dalam hati.

Aku sungguh bergulat dengan kekebalan hati yang kadang terlalu lemah untuk kerumitan hidup yang tak terpahami.

Waktu seakan bergerak lebih cepat dari realitas yang ada. Tiba-tiba pertemuan pergi tanpa pamit. Ia telah pergi dengan sejuta mimpi dan tekad yang kuat. 

Ia pergi menggenggam tekad yang lebih dari hanya sekadar perajut mimpi biasa. Rupa pergi meninggalkan jejak yang tersusun rindu yang senyap dari hati yang terlalu enggan untuk berbicara.

Aku memanggilnya Aurellia, seorang gadis pejuang yang sederhana. Dengan kata-kata ia mungkin terlalu asing, tapi kesahajaan yang timbul dari kesederhanaan membuatnya lebih tangguh. 

Ia adalah petualang sejati yang menggenggam mimpi hingga benar-benar jadi nyata.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved