Cerpen
Cerpen: Cerita Singkat untuk Kisah yang Panjang
Aku memiliki satu alasan untuk tidak mengatakan perasanku padamu, tetapi aku memiliki seribu alasan untuk mengutarakannya!
Kau tahu, saat engkau dekat dengan orang lain, aku selalu berpikir bahwa itu adalah takdir terbaikmu. Dan dalam diam aku sungguh tersiksa menerimanya.
Setelah kepergianmu baru tersadar bahwa aku telah menyiakan waktu untuk memiliki hatimu. Aku telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupku!
Aku ingat, satu kali kita berjalan di bawa rintiknya hujan sepulang sekolah. Kau menutup kepalamu dengan jemarimu sambil berlari.
Aku mengikutimu dari belakang sambil tertawa kecil. Lalu aku memberimu jaket biru yang kupakai, berharap bisa melindungimu dari hujan yang makin deras.
Satu sore kita berdoa di gua Maria yang letaknya tepat di depan gereja. Aku tahu masih jelas dalam ingatanmu gua itu!
Kau nyalakan lilin sedangkan bibirmu bergetar mengeja beberapa kata yang tak sempat kudengar. Aku terdiam, berdoa ‘Bunda Maria, jika boleh biarkan kami kembali ke sini suatu hari nanti’.
Kau menoleh padaku tiba-tiba. Engkau tersenyum kecil. ‘Berdoalah di depan bunda Maria, bahwa suatu hari nanti saat kita menjadi sukses, kita tidak saling melupakan, kita akan saling menemukan.
Atau mungkin juga dia akan memilihmu menjadi imam di dalam Gereja’, demikian katamu. Lalu engkau tiba-tiba tertawa lepas.
Kau tahu, hak-hal ini terus menyala di sini! Tidak pernah padam oleh waktu yang terus berlalu.
Kau selalu mengatakan bahwa tempat terbaik bagiku sehabis masa putih abu adalah biara. Kau selalu mengatakannya berulang-ulang!
Mungkin ada banyak kenangan yang tidak sempat kutulis dalam catatan singkat ini. Kau bisa menambahkannya semaumu!
Aku yakin masih banyak yang kau ingat. Tapi hal yang ingin kukatakan bahwa aku tak pernah menyesal bertemu denganmu. Aku tak pernah menyesal mengenalmu.
Kau adalah syair yang terus mengalir dalam ruang imajinasiku lalu berubah menjadi puisi.
Kau adalah keindahan yang tidak pernah cukup untuk dibahasakan. Seluruh catatan yang aku rangkai berhenti pada satu hal: Aku merindukanmu!
Saat ini, di mana pun engkau berada, saat engkau membaca surat ini, ingatlah bahwa aku sangat merindukanmu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.