Breaking News

Beranda Kita

Beranda Kita: Memanggang Bumi

Ia mendesak para pemimpin untuk segera dan secara adil menghentikan bahan bakar fosil dan mengakhiri proyek-proyek batu bara baru.

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/TYA
Beranda Kita 

Tiga hari terpanas secara berturut-turut jatuh pada Minggu, Senin, dan Selasa 21 hingga 23 Juli 2024.

Demikian menurut data lembaga pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service atau C3S.

Pada hari Minggu 21 Juli 2024, rata-rata suhu Bumi mencapai 17,09 derajat Celsius.
Pada Senin 22 Juli 2024, temperatur rata-rata Bumi tembus 17,16 derajat Celsius atau merupakan yang terpanas.

Sedangkan pada Selasa 23 Juli 2024, suhu rata-rata Bumi sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 17,15 derajat Celsius.

Gelombang panas yang terjadi di berbagai wilayah di dunia telah menewaskan banyak orang, terutama di India dan di wilayah Sahel Afrika.

Bulan Juni 2024 lalu, panas ekstrem menewaskan 1.300 jemaah Haji di Arab Saudi. Pada bulan Juli 2024,  benua Eropa, Amerika dan Asia juga mengalami panas yang luar biasa.

Antonio Guterres mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan, perbaikan sistem peringatan terkait panas di 57 negara dapat menyelamatkan hampir 100.000 jiwa setiap tahunnya.

Guterres mengatakan, pembakaran bahan bakar fosil menjadi biang keladi utama pemanasan global yang menewaskan hampir setengah juta orang setiap tahunnya.

Dia berulang kali meminta para penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) untuk memenuhi target Perjanjian Paris 2015 untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat Celsius.

Dia menambahkan, perluasan bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara baru merupakan hambatan untuk mencapai target tersebut.

Ia mendesak para pemimpin untuk segera dan secara adil menghentikan bahan bakar fosil dan mengakhiri proyek-proyek batu bara baru.

"G20 harus mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan mendukung negara-negara dan masyarakat yang rentan," tutur Guterres.

Dia juga mendesak lebih banyak pendanaan adaptasi dan mitigasi iklim dari negara-negara terkaya untuk membantu negara-negara termiskin dan paling rentan yang paling sedikit berkontribusi terhadap pemanasan global.

Antonio Guterres pun menyerukan dunia agar beraksi fokus pada mereka yang paling rentan, termasuk melindungi pekerja yang terpapar panas ekstrem.

“Laporan baru dari Organisasi Buruh Internasional memperingatkan, lebih dari 70 persen tenaga kerja global, 2,4 miliar orang, kini berisiko tinggi terkena panas ekstrem,” demikian Antonio Guterres. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved