Opini
Opini: Krisis Panggilan, Misi Keselamatan dan Karisma Rogate
Nilai-nilai dan semangat sekularisme diafirmasi atau dijunjungtinggi ketimbang nilai-nilai dan semangat religius.
Kedua perikop tersebut sama-sama menyoroti konteks lahirnya ROGATE. Menurut catatan kedua injil tersebut, ROGATE merupakan perintah suci yang lahir dari hati kudus Yesus.
Perintah itu sendiri lahir tatkala Yesus berpapasan dengan realitas hidup yang dialami oleh orang-orang yang hidup pada zamanNya.
Mereka hidup seperti domba yang tak bergembala. Ia merasa tergerak dan berbelaskasih saat melihat hidup mereka.
Atas dasar itulah, Ia berkata kepada para murid-muridNya, mintalah atau berdoalah (ROGATE) kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
ROGATE dengan demikian bukan hanya sebuah undangan melainkan sebuah imperatif yang harus ditaati.
Imperatif ini harus ditaati karena ROGATE, sebagaimana yang diyakini oleh St. Hannibal is a great revelation (sebuah wahyu yang luar biasa); one of the greatest mercies (salah satu rahmat terbesar);
infallible remedy for the consolation of the intimate sorrow of the heart of Jesus (obat yang paling mujarab untuk menghibur hati Yesus) dan di atas semuanya itu is the secret of all good works and the salvation of souls (kunci keselamatan jiwa). (Ibid. P. 32.).
Kendati demikian, perintah Yesus (ROGATE) yang termaktub dalam dua perikop injil tersebut tidak disadari Gereja selama berabad-abad. Baru pada abad 18, ketika St. Hannibal lahir, perintah itu mulai disadari dan ditaati karena Roh Kudus merevelasikan perintah tersebut kepada Hannibal.
Atas dasar itulah St. Hannibal, selama hidup dan misinya, berjuang keras memperkenalkan ROGATE kepada Gereja dan mengusulkan supaya ROGATE menjadi doa universal. Tujuannya hanya satu, yakni untuk menopang karya misi gereja untuk keselamatan jiwa.
Memang, ROGATE telah menjadi doa universal. Hal tersebut ditetepkan oleh Paus Paulus VI sejak tahun 1963. Namun, sampai sejauh ini, Gereja atau umat belum mengakrabi karunia tersebut.
Karena itu, kehadiran dua konggregasi yang didirikan oleh St. Hannibal; Rogationist Hati Yesus dan Putri-putri Nyala Kasih Ilahi di beberapa negara, (termasuk Indonesia) kiranya membantu menyadarkan umat dan seluruh gereja akan relevansi dan signifikansi ROGATE dalam kehidupan Gereja masa kini.
Semoga three-fold misision dari kedua kongregasi tersebut: 1.) berdoa bagi panggilan yang kudus - Ya Tuhan, utuslah rasulMu yang kudus ke dalam gerejaMu,
2.) menyebarkan dan mempromosikan panggilan dan, 3.) menjadi jawaban dari doa itu sendiri, disadari, didukung, dan disambut, dengan antusias oleh gereja lokal supaya krisis panggilan yang dihadapi gereja saat ini diminimalisasi dan karya misi keselamatan pun terjamin. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.