Opini

Opini: Krisis Panggilan, Misi Keselamatan dan Karisma Rogate

Nilai-nilai dan semangat sekularisme diafirmasi atau dijunjungtinggi ketimbang nilai-nilai dan semangat religius.

|
Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM/DION DB PUTRA
Ilustrasi- Biarawati dari sejumlah kongregasi yang mengikuti Expo Panggilan di Gereja St. Fransiskus Assisi Kolhua Kupang, Jumat 19 April 2024. 

Semangat hidup semacam itu kurang diminati karena masyarakat dunia dipenetrasi oleh semangat sekularisme. Nilai-nilai hidup duniawi diselebrasi ketimbang nilai-nilai hidup religius.

Karisma Rogate

Krisis panggilan dalam gereja sejatinya telah disadari dan bahkan ditanggapi sejak lama oleh St. Hannibal Mary Diffrancia dan kemudian oleh kedua kongregasi yang dia dirikan. Pada sekitar umur 18 tahun, ia menyadari akan kebutuhan para gembala atau pelayan di dalam Gereja.

Hingga sampai pada suatu saat – pada momen 40 jam adorasi - ia menerima wahyu. Wahyu itu ia temukan dalam injil. Dan wahyu itu berisi perintah Yesus untuk berdoa bagi panggilan dalam Gereja – ROGATE.

Terinspirasi dan terdorong oleh daya Roh yang sama, ia kemudian mendedikasikan seluruh dirinya pada pengembangan dan penyebaran karisma tersebut dalam gereja dan dunia.

Relevansi Karisma Rogate

Tentu kita bertanya seberapa besar kontribusi ROGATE dalam kehidupan gereja? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama-tama kita perlu mengetahui arti dan konteks dari kata KARISMA dan ROGATE?

Kata Karisma berasal dari kata bahasa Yunani charisma yang berarti karunia atau rahmat (Gaetano Ciranni, Rogate: Charism of the Rogationist (manuskrip). P. 17).

Sementara itu menurut Katekismus Gereja Katolik, Karisma, baik luar biasa maupun yang sederhana adalah rahmat dari Roh Kudus yang secara langsung atau tidak langsung bermanfaat bagi Gereja, yang diarahkan untuk pembangunannya, untuk orang-orang baik dan untuk kebutuhan dunia (Ibid).

Terdapat tiga hal penting dalam defenisi tersebut. Pertama, karisma adalah karunia dari Roh Kudus. Ia adalah sumber segala karunia.

Dasarnya adalah peristiwa pentekosta dimana setiap rasul menerima karunia yang berbeda. Kedua, karisma diberikan kepada semua orang beriman melalui sakramen pembabtisan.

Ketiga, karisma diberikan untuk kebaikan gereja dan dunia. Karisma tidak bermaksud untuk diprivatisasi tetap untuk kebaikan bersama.

Namun perlu diketahui bahwa karisma adalah karunia supernatural dari Roh Kudus yang tidak serta merta disamakan dengan kualitas diri, talenta atau kapasitas natural yang dimiliki seseorang.

Karena itu, St. Paulus menegaskan bahwa karisma adalah karunia gerejawi yang diterima untuk pembangunan Gereja - tubuh mistik Kristus (Ibid).

Lalu kata ROGATE adalah kata Bahasa Latin yang dalam Bahasa Inggris berarti to pray atau dalam Bahasa Indonesia, “berdoa”. Konteks kata ROGATE, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, terdapat dalam dua perikop injil, yakni Injil Mateus 9: 35-38 dan Injil Lukas 10: 2.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved