Opini

Opini: Krisis Panggilan, Misi Keselamatan dan Karisma Rogate

Nilai-nilai dan semangat sekularisme diafirmasi atau dijunjungtinggi ketimbang nilai-nilai dan semangat religius.

|
Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM/DION DB PUTRA
Ilustrasi- Biarawati dari sejumlah kongregasi yang mengikuti Expo Panggilan di Gereja St. Fransiskus Assisi Kolhua Kupang, Jumat 19 April 2024. 

Oleh: Yantho Bambang
Sedang Menjalani Masa Tahun Orientasi Pastoral di Manila

POS-KUPANG.COM - Krisis panggilan adalah salah satu masalah serius yang tengah dihadapi Gereja saat ini. Krisis tersebut mulanya muncul di Eropa namun kemudian tersebar ke belahan bumi lain seperti Amerika, Asia dan Afrika.

Krisis tersebut hemat saya dapat dipahami, karena kehidupan kita dewasa ini telah dipengaruhi dan bahkan didominasi oleh ideologi yang bernama sekularisme.

Nilai-nilai dan semangat sekularisme diafirmasi atau dijunjungtinggi ketimbang nilai-nilai dan semangat religius.

Realitas ini tentu sangat memprihatinkan. Karena itu, Gereja perlu mengambil langkah yang penting untuk mengembalikan semangat umat, khususnya kaum muda terhadap nilai-nilai religius.

Gereja perlu mendorong anggota-anggotanya untuk membaharui, merejuvinasi, dan merevitalisasi nilai-nilai dan semangat religius. Hal ini penting mengingat tujuan eksistensi Gereja adalah melanjutkan karya misi Yesus.

Misi keselamatan akan jauh dipanggang api manakala angogota Gereja, khususnya generasi muda masih dan akan terus di-stir oleh ideologi sekularisme.

Panggilan

Panggilan yang dimaksud penulis dalam ulasan ini adalah panggilan hidup bakti. Hidup bakti merupakan hidup yang didedikasikan untuk Tuhan.

Menurut Vita Consecrata, hidup bakti berakar pada teladan dan ajaran Yesus Kristus (VC. P. 3).

Dengan mengakui atau mengikrarkan ciri khas hidup Yesus seperti kemurnian, kemiskinan dan ketaatan, mereka (consecrated person) memperlihatkan misteri kerajaan Allah yang sudah berkarya dalam sejarah manusia dan yang masih akan mencapai kepenuhannya dalam hidup yang akan datang atau di Surga (Ibid.)

Sepanjang sejarah telah begitu banyak orang yang terpanggil untuk menjalani hidup khusus ini.

Eksistensi mereka sangat krusial. Hal ini bahkan diakui para uskup sedunia dalam sinode para uskup.

Bahwa eksistensi mereka (consecrated person) tidak hanya mundukung dan membantu gereja pada masa lampau tetapi juga rahmat istimewa untuk masa kini dan masa depan umat Allah, karena hidup bakti adalah bagian yang esensial dari hidup, kekudusan dan misi gereja (Ibid., p. 5).

Atas dasar itulah, hidup bakti, seturut ide tersebut, merupakan jantung hidup gereja. Namun, seiring perkembangan zaman, cara hidup semacam ini mengalami kemunduran. Kemunduran itu bahkan sangat tajam.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved