Opini

Opini: Kota Kupang sebagai Rumah Bersama untuk Semua

Dalam praktik kehidupan sosial masyarakat Dawan, gotong royong menjadi motif dasar yang mengilhami setiap bentuk kerja sama. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI MIKY OKTOVIANUS S NATUN
Miky Oktovianus Smaut Natun, ST. M.Si.IAP 

Refleksi Hari Toleransi Internasional 16 November 2025

Oleh: Miky Oktovianus Smaut Natun, ST. M.Si.IAP
ASN di Pemerintah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM- Kota Kupang sebagai Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan kota terbesar di provinsi ini, dihuni oleh berbagai suku bangsa. 

Suku-suku yang jumlahnya signifikan di Kota Kupang antara lain suku Timor, Rote, Sabu, Tionghoa, Flores, serta sebagian kecil pendatang dari Bugis, Jawa, Toraja, Batak, dan Arab. 

Dalam proses pembentukannya, wilayah Kota Kupang berkembang dari kampung-kampung menjadi desa, kemudian menjadi kelurahan yang tersebar membentuk perluasan ke arah timur dan barat kota.

Baca juga: Opini: Sepotong Lauk yang Dibawa Pulang

Dalam buku berjudul The Timor Problem—sebagaimana dikutip oleh Parera (1994:44)—Ormeling menyebut bahwa orang Dawan merupakan suku yang dominan di Kota Kupang

Ia menggambarkan mereka sebagai “The Timorese Proper” atau Orang Timor Khusus. 

Kekhasan orang Dawan terlihat dari ciri ragawi mereka yang merupakan percampuran unsur Melanesia dan Negrito, sehingga seseorang yang berada di tengah-tengah masyarakat Dawan tidak merasa berada di lingkungan suku Melayu.

Namun demikian, karakter khas orang Dawan bukan hanya tampak secara fisik.

Jiwa budaya gotong royong yang kuat dalam masyarakat Dawan menciptakan hubungan kekerabatan yang terbuka, sehingga nilai-nilai ini sangat mempengaruhi pola interaksi sosial di Kota Kupang

Dalam praktik kehidupan sosial masyarakat Dawan, gotong royong menjadi motif dasar yang mengilhami setiap bentuk kerja sama. 

Konsep “bekerja sama sehati-sepikiran” bertujuan mafiti/manpenen, yakni saling meringankan beban. 

Penekanan kerja sama ini berlandaskan pada nilai sosial kemanusiaan, bukan nilai sosial ekonomi atau upah.

Melalui praktik gotong royong inilah tercipta suasana sosial yang inklusif dan budaya yang terbuka bagi semua pendatang yang menetap di Kota Kupang

Nilai ini kemudian menjadi salah satu fondasi kuat yang membentuk karakter Kota Kupang sebagai kota yang majemuk, rukun, dan toleran.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved