Krisis Produksi Kopi Bajawa
Produksi Kopi Arabika Anjlok, Hasil Per Hektar Hanya 700 Kilogram
Kabut tipis turun di lereng perbukitan Beiposo, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada. Frans Lewa tekun memangkas ranting
Fenomena ini membuat Mario cemas akan masa depan kopi Bajawa. Ia khawatir, tanpa langkah nyata dari semua pihak, terutama pemerintah daerah, kopi Bajawa hanya akan menjadi kenangan dalam waktu 10–15 tahun mendatang. “Saya takut kopi Bajawa hanya tinggal nama di masa depan,” ujarnya.
Mario berharap, pemerintah dapat melakukan intervensi lewat program pendampingan dan keberlanjutan pertanian kopi, agar para petani kembali yakin menanam dan merawat komoditas yang telah menjadi identitas daerah tersebut.
Meski di tengah kekhawatiran itu, semangat untuk memperkenalkan cita rasa kopi Bajawa tetap dijaganya lewat Lekosoro Coffee, kedai kopi di Jalan S. Parman, Bajawa. Kedai kopi ini menjadi tujuan favorit wisatawan lokal maupun mancanegara.
Menurut Mario, Lekosoro Coffee bukan sekadar tempat menikmati kopi, tetapi juga ruang edukasi bagi para pengunjung. “Kami tidak hanya menyajikan kopi, tetapi juga memberikan informasi tentang kopi Bajawa, dari hulu sampai hilir,” tuturnya.
Lekosoro Coffee menyajikan berbagai varian rasa kopi arabika berkualitas tinggi. Setiap cangkir, kata Mario, diracik dengan ketelitian dan kebanggaan terhadap produk lokal. “Setiap pengunjung punya selera berbeda, tapi kami pastikan semua tetap berkualitas tinggi,” tambahnya. (cha)
BI Dukung Keberlanjutan Arabika
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT menyatakan komitmennya untuk memperkuat pendampingan bagi petani kopi di Flores menyusul menurunnya produksi kopi Arabika.
Padahal, kopi yang pernah menembus lima hingga tujuh besar terbaik dalam ajang cupping test nasional itu masih menjadi salah satu primadona kopi Indonesia dan diekspor ke sejumlah negara.
Popularitas kopi Arabika Bajawa meningkat di pasar global, namun sejumlah kebun kopi di Ngada dan kabupaten lain di Flores justru terbengkalai dan beralih fungsi ke tanaman hortikultura.
Kondisi ini memicu kekhawatiran akan keberlanjutan kopi Flores yang telah mengantongi Sertifikat Indikasi Geografis (SIG) sejak 2012.
Reyza Lisembina Budiarjo, Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT mengatakan pendampingan akan dilakukan secara menyeluruh mulai dari hulu hingga hilir.
“Kami mengembangkan pendampingan dari hulu sampai hilir. Dari sisi budidaya, kami dorong penerapan praktik agrikultur yang baik. Di hilir, kami perkuat kualitas hasil olahan melalui pelatihan atau bootcamp bagi pelaku usaha kopi,” ujar Reyza, Senin (27/10).
BI menilai peningkatan kualitas kopi perlu dimulai dari perbaikan budidaya di kebun. Pendampingan akan diarahkan pada penerapan praktik budidaya yang baik agar standar mutu kopi Flores tetap terjaga.
Selain itu, keterlibatan generasi muda menjadi perhatian. “Regenerasi SDM penting. Anak muda lebih terbuka terhadap inovasi dan punya akses informasi luas. Kami berharap lebih banyak anak muda terlibat di kebun kopi,” ujarnya.
BI juga terus mendorong promosi kopi Flores di berbagai event nasional, seperti Karya Kreatif Indonesia dan pameran ekonomi kreatif lainnya, guna memperkuat brand dan membuka akses pasar.
Terkait penurunan produksi, BI menilai perlu dilakukan identifikasi masalah di lapangan, termasuk kemungkinan perlunya peremajaan tanaman kopi. “Kita perlu cek apakah penurunan terjadi karena kebunnya. Jika pohon sudah tua, maka perlu dilakukan replanting supaya produktivitas kembali meningkat,” ujarnya.
BI menegaskan program pengembangan kopi tidak dapat berjalan sendiri. “Kami akan identifikasi dulu kondisi lapangan. Setelah itu disinergikan dan dirancang programnya bersama pemerintah provinsi, instansi, dan lembaga terkait,” ujar Reyza.
BI juga menekankan pentingnya menjaga Sertifikat Indikasi Geografis yang melekat pada Arabika Flores–Bajawa sebagai identitas dan nilai tambah produk. IG dinilai harus menjadi kesadaran bersama petani, khususnya generasi muda, agar reputasi kopi Flores tetap kuat. (Iar)
Dosen STIPER Flores Bajawa: David Januarius Djawapatty, S.Pt., M.Si
Sekolah Lapangan
Produktivitas kopi Arabika Flores Bajawa kian menurun dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini tak hanya disebabkan oleh usia tanaman, tetapi juga oleh perubahan iklim yang kian ekstrem.
Menurut saya kenaikan suhu udara hingga mencapai 30 derajat celsius dan perubahan pola curah hujan telah memengaruhi siklus tumbuh dan panen kopi. Suhu yang lebih tinggi mempercepat pematangan buah, sementara curah hujan yang tidak menentu disertai angin kencang membuat bunga dan buah rontok sebelum panen.
Kondisi iklim saat ini jauh berbeda dengan dua dekade lalu yang lebih stabil dan ideal untuk budidaya kopi di dataran tinggi Bajawa. Selain faktor iklim, umur tanaman yang sudah tua, penggunaan pupuk kimia berlebihan, serta berkurangnya varietas lokal tahan cuaca turut memperparah penurunan hasil.
Sebagai solusi, saya menyarankan langkah ilmiah dan berkelanjutan, antara lain peremajaan tanaman tua dan penanaman kembali dengan bibit unggul adaptif. Juga penerapan pertanian organik, seperti penggunaan kompos dari kulit kopi.
Juga Sekolah Lapang Iklim bagi petani agar mampu menyesuaikan jadwal tanam dan panen dengan informasi cuaca dari BMKG. Petani perlu dibekali dengan ilmu budidaya modern dan pengelolaan pascapanen yang baik. Teknologi juga bisa membantu memantau kondisi lahan dan produktivitas.
Saya optimistis, dengan kolaborasi akademisi, pemerintah, dan petani, kopi Arabika Flores Bajawa dapat kembali berdaya saing di pasar nasional maupun ekspor. (cha)
Produksi Kopi :
1.Tahun 2022 8,672.00 Ton
2.Tahun 2023 8,719.00 Ton
3.Tahun 2024 8,796.00 Ton
Sumber :Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
| LIPSUS: Oknum Polisi Aniaya Warga Hingga Tewas , Sama-sama Mabuk di Acara Keluarga |
|
|---|
| LIPSUS: Saksi Prada Richard Boelan Menangis Disuruh Terdakwa Lakukan Tindakan Tidak Senonoh |
|
|---|
| LIPSUS: Prada Lucky dan Richard Disiksa Berkali-kali, Bagian Sensitif Diolesi Cabai |
|
|---|
| LIPSUS: Prada Lucky Teriak Kesakitan, Dipukul dengan Selang dan Tangan |
|
|---|
| LIPSUS: Petani Terima Kasih ke Prabowo, Turunkan Harga Pupuk 20 Persen |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Kopi-Arabika-Bajawa-Kantor-Perwakilan-Bank-Indonesia-BI-Provinsi-NTT.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.