Krisis Produksi Kopi Bajawa

Produksi Kopi Arabika Anjlok,  Hasil Per Hektar Hanya 700 Kilogram 

Kabut tipis turun di lereng perbukitan Beiposo, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada. Frans Lewa tekun memangkas ranting

|
POS-KUPANG.COM/HO
Kopi Arabika Bajawa. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT menyatakan komitmennya untuk memperkuat pendampingan bagi petani kopi di Flores, Nusa Tenggara Timur, menyusul menurunnya produksi kopi Arabika Bajawa di wilayah asalnya, Ngada. 

Maria menjelaskan, pola tanam campur dengan tanaman sela seperti jahe, yang banyak dilakukan petani Beiposo, merupakan strategi positif untuk menjaga ekonomi rumah tangga.

“Jahe bisa menjadi sumber pendapatan tambahan saat kopi belum panen. Itu langkah adaptif yang kami dorong,” ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Bupati Ngada, Bernadinus Dhey Ngebu, juga menyoroti rendahnya produksi kopi di Kabupaten Ngada. Ia mengungkapkan, secara teoritis kopi di dataran tinggi seperti Ngada seharusnya mampu menghasilkan sekitar 1,5 ton green bean per hektar. Namun kenyataannya, banyak petani hanya mampu memanen sekitar 600–700 kilogram per hektar.

“Pertama soal pola tanam. Banyak warga yang menanam kopi seperti menanam jagung, dengan jarak terlalu rapat. Di sela-selanya malah ada talas, alpukat, bahkan bambu,” ungkap Wabup Bernadinus, saat melepas ekspor perdana ke Thailand,(13/10) lalu.

Menurutnya, pola tanam tersebut harus dibenahi secara bertahap melalui pendampingan petugas penyuluh lapangan (PPL) agar produktivitas kopi dapat meningkat dan kualitasnya tetap terjaga.

Untuk diketahui Petani binaan PT Astra di Desa Mukuvoka, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, melepas ekspor perdana 20 ton kopi arabika Bajawa ke Thailand. Ekspor ini menjadi tonggak baru hasil kolaborasi PT Astra International dan Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam mendukung pengembangan potensi lokal serta memperluas pasar kopi Flores ke tingkat global.

Sejak hadir di Bajawa pada 2024, PT Astra melalui program sosialnya telah membina 204 petani di enam desa di Kecamatan Bajawa. Program ini mencakup pelatihan peningkatan nilai tambah kopi arabika, pengelolaan pasca panen, tata kelola manajemen, hingga kepastian pasar.

Head of Environment and Social Responsibility Division PT Astra International, Diah Suren Febrianti, mengatakan Ngada memiliki potensi besar di bidang pertanian, khususnya kopi, yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.  “Kolaborasi ini kami harapkan terus didukung demi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Ia menambahkan, PT Astra berkomitmen memperkuat ekosistem desa melalui program Desa Astra Sejahtera agar lebih inklusif dan berkelanjutan. “Kami senang melihat semangat anak muda yang ingin membawa produk lokal ke pasar internasional,” kata Diah.

Menurutnya, Astra juga membantu petani dengan pembinaan, penyediaan peralatan, penguatan kelembagaan, dan kemudahan akses pembiayaan ke perbankan. “Kami juga berharap pemerintah daerah mendukung dari sisi infrastruktur,” tambahnya.

Penurunan produksi kopi jenis arabika juga dialami petani kopi di Kabupaten Manggarai Timur. Oleh karena itu, untuk kembali meningkatkan kembali produksi dan menjamin akan kualitasnya, Pemkab Manggarai Timur meminta kepada para petani untuk melakukan regenerasi kembali tanaman kopi arabika.

Wakil Bupati Manggarai Timur, Tarsisius Sjukur kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Jumat (24/10) mengatakan, kopi Manggarai Timur merupakan kopi dengan rasanya terbaik, karena itu perlu di regenerasi tanamannya sehingga produktivitasnya meningkat dan aromanya berkualitas. 

"Jadi perlu ada regenerasi tanaman kopi. Saat ini tanaman kopi rata-rata usia sudah tua sehingga produksinya tentu menurun. Karena itu pemerintah daerah meminta para petani untuk menebang semua pohon kopi-kopi yang sudah usia tua, kemudian tanahnya diolah lagi dan ditanam dengan bibit kopi arabika yang baru," ujar Tarsisius. 

Kepala Dinas Pertanian, Kabupaten Manggarai Timur Yohanes Sentis menerangkan, saat ini pihaknya sedang menyiapkan calon petani dan calon lahan untuk pembudidayaan kopi termasuk kopi arabika sesuai program dari Kementerian Pertanian. 

Sekitar 1000 hektare lahan yang diusulkan untuk pembudidayaan tanaman kopi dan terbanyak adalah pembudidayaan kopi arabika. Sedangkan untuk kopi robusta diusulkan di daerah-daerah sedang dibawa ketinggian 800 sampai 500 meter di atas permukaan laut. 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved