Human Interest Story
FEATURE: Kisah Herlina Juru Parkir Perempuan di Kota Kupang
Sebelum memakai rompi parkir, Herlina sempat bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan gaji Rp 700.000 per bulan.
Namun jumlah itu belum benar-benar menjadi miliknya, karena ia memiliki kewajiban menyetor Rp 60.000 per hari kepada Dinas Perhubungan melalui perantara.
Dalam hari-hari sepi, sisa uang yang bisa ia bawa pulang bahkan tidak cukup untuk belanja harian.
Ketika ditanya apa yang membuatnya tetap bertahan, jawabannya sederhana, namun menyayat.
“Kalau saya tidak kerja bantu suami, bagaimana kehidupan kami. Karena saya perempuan, banyak yang anggap lemah. Kadang dihina, kadang dikasihani. Tapi saya kerja saja,” ujar Herlina Wati tersenyum.
Tak jarang Herlina Wati mendapat perlakuan tidak adil. Ada pengendara yang pergi tanpa membayar, padahal karcis sudah ia berikan lengkap.
“Saya terima berapa pun yang diberi. Mau marah tidak bisa,” ujar Herlina Wati.
Di balik kerja kerasnya, ada satu alasan yang membuat Herlina Wati tidak menyerah yaitu masa depan anak bungsunya, Esterlina Wati yang kini duduk di kelas 3 SMA dan memiliki cita-cita menjadi tentara wanita (TNI AD).
Baca juga: LIPSUS: Jaksa Usut Markup Tiket Pesawat di KPU TTU dan Tiga Rumah Dinas
Namun ia tahu, pendidikan dan biaya tes menjadi anggota TNI membutuhkan dana yang tidak sedikit.
“Dia ingin jadi tentara cewek. Tapi kami tidak punya cukup uang. Saya hanya berharap dengan ijazah SMA saja dia bisa kerja yang baik,” ungkap Herlina Wati dengan suara bergetar. Sembari menambahkan, anak pertamanya, Susanto sudah berkeluarga dan tinggal di Jawa.
Kisah Herlina Wati bukan hanya miliknya. Herlina Wati adalah potret banyak perempuan yang bekerja guna menopang ekonomi keluarga, namun jarang mendapat pengakuan.
Herlina Wati menerima pembayaran yang tidak selalu adil, tetapi ia tidak pernah menerima untuk menyerah.
Setiap karcis yang ia berikan adalah bukti perjuangannya. Setiap sen yang ia simpan adalah investasi kecil menuju harapan besar agar anaknya kelak hidup lebih baik dan tidak mewarisi kehidupan keras yang ia jalani.
“Saya tidak apa-apa susah sekarang. Yang penting anak saya nanti tidak susah lagi," ungkap Herlina Wati. (iar)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
| FEATURE: Ombudsman NTT Bangun Diskusi dengan Dinas Pertanian Kota Kupang |
|
|---|
| FEATURE: Le Bajo Flores Labuan Bajo Ciptakan Kesan dan Cerita Spesial |
|
|---|
| FEATURE: Alumni Politeknik Pertanian Negeri Kupang Galau dengan Harga Ayam |
|
|---|
| FEATURE: Festival Golo Curu 2025 di Manggarai, Lintas Agama Bersatu dalam Ritus Tuk Kopi |
|
|---|
| FEATURE: Pasar Murah Golkar NTT, 1.000 Paket Sembako Ludes Diserbu Rakyat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.