Opini
Opini: Janji Manis yang Beracun, Tragedi Makan Gratis di SMPN 8 Kota Kupang
Namun, realitas di lapangan, khususnya di Kupang hari ini, adalah mimpi buruk yang jauh dari fantasi tersebut.
Alih-alih memberikan "ikan" secara cuma-cuma, yang bahkan hari ini terbukti bisa beracun dan membahayakan, solusi yang lebih berkelanjutan, efektif, dan bermartabat adalah mengatasi akar masalah kemiskinan dan ketahanan pangan.
Ini berarti fokus pada investasi jangka panjang yang nyata: peningkatan pendapatan keluarga melalui pelatihan keterampilan yang relevan, akses terhadap lapangan kerja yang layak, pendidikan gizi yang komprehensif bagi keluarga agar mereka mampu memilih dan mengolah makanan sehat, serta penguatan sistem pangan lokal yang tangguh dan berkelanjutan.
Berinvestasi pada peningkatan kapasitas masyarakat untuk menghasilkan, mengolah, dan mengakses makanan bergizi secara mandiri adalah jalan yang jauh lebih bermartabat dan efektif daripada memberi makan dengan risiko keracunan.
Program makan bergizi gratis mungkin terlihat menarik dan "populis" di permukaan, namun tragedi keracunan di SMPN 8 Kota Kupang hari ini adalah peringatan keras, sebuah lonceng kematian bagi pendekatan yang serampangan.
Tanpa analisis mendalam, perencanaan yang sangat cermat, pengawasan ketat yang tidak kenal kompromi dan tanpa celah korupsi, serta fokus pada pemberdayaan jangka panjang, program ini berisiko menjadi jurang pemborosan anggaran negara, sumber korupsi, dan yang paling parah, justru menciptakan masalah baru alih-alih menyelesaikan masalah gizi.
Prioritas harusnya pada investasi yang memberdayakan masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan gizi mereka secara mandiri dan berkelanjutan, bukan sekadar memberi makan yang ironisnya, bisa berujung fatal. Atau mungkin, kita memang harus terus belajar dari insiden demi insiden tragis, sampai kapan? (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.