Opini
Opini: Sumber Daya Manusia Faktor Penentu dalam Membangun Nusa Tenggara Timur
Mereka kembali ke Kupang menjadi pengrajin tahu tempe dan sempat mengadakan pelatihan di beberapa Kabupaten.
Oleh: Herman Musakabe
Gubernur Nusa Tenggara Timur periode 1993-1998
POS-KUPANG.COM - Nusa Tenggara Timur (NTT) sedang menggeliat menyongsong era baru pembangunan di bawah kepemimpinan Gubernur Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur Johanis Asadoma, disingkat Melki-Johni.
Presiden Prabowo telah melantik para Kepala Daerah seluruh Indonesia, termasuk Gubernur NTT, Wakil Gubernur, 21 Bupati dan 1 Walikota beserta para wakilnya untuk periode 2025-2030.
Para kepala daerah telah menjalani masa retret (retreat) di Akademi Militer Magelang selama dua pekan untuk menerima pemebekalan dari para Menteri Kabinet Merah Putih dan para pakar di bidangnya tentang masalah geopolitik, geostrategi dan geo-ekonomi untuk menyamakan persepsi
dan membangun sinergitas Pemerintah Pusat dan Daerah.
Presiden Prabowo bertekad untuk langsung “tancap gas” menjalankan roda pemerintahan dengan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menyatukan visi misi para kepala daerah menghadapi medan tugas yang berat dalam sikon perekonomian nasional dan global yang serba sulit.
Ibarat memasuki medan perang, para kepala daerah dipersiapkan secara fisik, pengetahuan taktik, strategi dan mental kejuangannya untuk menghadapi pertempuran di medan tempur daerahnya masing-masing.
Perang yang dihadapi bukan perang konvensional tetapi perang ekonomi untuk menanggulangi kemiskinan dan kemiskinan ekstrem, stunting, perbaikan gizi anak sekolah;
Masalah kesehatan, pendidikan, pengangguran, ketimpangan sosial ekonomi, pembenahan birokrasi untuk menciptakan good governance, memberantas korupsi yang menggerogoti negara untuk menjadi Indonesia yang lebih maju dan sejahtera menuju cita-cita Indonesia Emas pada 2045.
Situasi ekonomi globalpun mengalami guncangan. Presiden AS Donald Trumph pada tanggal 3 April 2025 telah mengumumkan perang dagang ke 60 negara mitra dagangnya, antara lain dengan mengenakan tarif impor umum 10 persen dan tarif timbal balik (reciprocal) sebesar 32 persen untuk Indonesia.
Dampaknya mulai terasa, produk ekspor Indonesia ke AS naik harganya dan kalah bersaing, mesin produksi tidur dan terjadi gelombang PHK.
Presiden Prabowo menyusun strategi baru antara lain bernegosiasi dengan AS dan melepas keran impor beberapa komoditi dari AS.
Tren dominasi ekonomi oleh negara adidaya tunggal tengah beralih ke multipolar dan kesetaraan.
Sementara itu Gubernur NTT meluncurkan 6 program Quick Win untuk 100 hari pertamanya dan langsung bekerja gerak cepat mengadakan kunjungan maraton bersama para Bupati/Walikota ke para menteri terkait di Jakarta.
Langkah ini patut diapresiasi dalam rangka memudahkan koordinasi, memperkuat hubungan Pusat dan Daerah NTT, mencari solusi permasalahan yang dihadapi serta sekaligus efisiensi dan penghematan biaya perjalanan dinas.
Dengan keterbatasan penerimaan PAD setiap tahun dan defisit perdagangan maka inisiatif Gubernur Melki untuk “jemput bola” mencari peluang-peluang dukungan pembiayaan ke Pusat merupakan langkah yang tepat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.