Opini

Opini: Sumber Daya Manusia Faktor Penentu dalam Membangun Nusa Tenggara Timur

Mereka kembali ke Kupang menjadi pengrajin tahu tempe dan sempat mengadakan pelatihan di beberapa Kabupaten.

Editor: Dion DB Putra
KOLASE POS-KUPANG.COM
DUET MELKI JOHNI - Gubernur dan Wakil Gubernur NTT terpilih, Melki Laka Lena - Johni Asadoma. 

Pertanyaan selanjutnya, faktor apa yang menentukan keberhasilan program jangka pendek Quick Win dan jangka menengah serta panjang dalam mempercepat pembangunan di NTT? 

Tulisan ini bertujuan memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) NTT yang akan bersentuhan langsung dengan program-program pembangunan yang sudah diluncurkan oleh Gubernur NTT agar program tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Mengapa SDM Penting?

Untuk memenangkan sebuah pertempuran diperlukan strategi dan taktik yang tepat, dukungan logistik memadai dan persenjataan yang handal, tetapi yang paling menentukan adalah faktor manusianya yaitu prajurit-prajurit tangguh yang menggunakan senjata itu atau “the man behind the gun”. 

Demikian juga untuk mendukung program kerja dan program unggulan membangun daerah diperlukan pelaku-pelaku program di lapangan untuk menyukseskannya dengan dibekali keterampilan, keahlian, etos kerja, keuletan, kecerdasan serta integritas pribadi yang terpercaya.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik NTT tahun 2024 jumlah penduduk 10 tahun ke atas yang berpendidikan tidak tamat SD 22,74 persen, tamat SD 30,41 persen. SLTP/sederajat 19,11 persen. SMA 15,11 persen;

SMK/ Kejuruan 4,50 persen. Diploma I/II 0,26 persen, Diploma III 1.08 persen, Diploma IV/S1 6,46 persen, S2 dn S3 0,32 persen.

Dengan komposisi seperti itu maka dari 100 orang NTT ada 23 tidak tamat SD, 30 tamat SD, 20 SLTP, 15 SMA, 5 SMK, 1 Diploma dan 6 S1. 

Atau sekitar 53 persen SD/tidak tamat SD, 20 persen SMP, 20 persen SMA dan 7 persen Sarjana. Persebaran penduduk yang berpendidikan tinggi lebih banyak di kota daripada di desa.

Dengan kondisi ini perlu dipersiapkan latihan-latihan keterampilan untuk membekali SDM yang akan mengawaki pelaksanaan program koperasi, UMKM dan lain-lain yang memerlukan skill tertentu.

Sebagai contoh, upaya hilirisasi produk pertanian memerlukan tenaga-tenaga terampil dan dukungan teknologi sederhana untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi atau setengah jadi untuk masuk pasar. 

Selama ini masyarakat menjual pisang bertruk-truk ke pulau Jawa dengan murah dan membeli kembali keripik pisang dalam kemasan plastik dengan harga lebih tinggi. 

Dengan hilirisasi pertanian maka produk-produk lokal tersebut harus diolah lebih dulu menjadi makanan jadi dengan harga yang lebih tinggi. Upaya tersebut memerlukan tenaga-tenaga terampil melalui pelatihan khusus. 

Dalam skala kecil, saya bersama Dr Fielmon da Lopez (alm) bekerja sama dengan Diaspora NTT tahun 1994 pernah mengirim 20 anak muda dari Kupang ke Sumedang (Jabar) untuk belajar bikin tahu dan tempe. 

Mereka kembali ke Kupang menjadi pengrajin tahu tempe dan sempat mengadakan pelatihan di beberapa Kabupaten.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved