Cerpen

Cerpen: Puisiku Yang Kamu Baca

Demikian akhir-akhir ini, aku senantiasa ditemani oleh kondisi badmood. Memang demikianlah hidup. Kata dosenku. 

Editor: Dion DB Putra
shutterstock
Ilustrasi 

Oleh: Irenius Boko *

“Apa? Kamu pikir kehadiranku tidak menjadi sebab bagi nalarmu untuk melahirkan kata? Dasar bajingan. Tidak pernah merasa air mata menjamah wajah”. 

Demikian akhir-akhir ini, aku senantiasa ditemani oleh kondisi badmood. Memang demikianlah hidup. Kata dosenku. 

Hidup itu senantiasa berada pada kondisi konkordansi dan diskordansi. Senantiasa ada keinginan untuk menjalankan hidup yang penuh dengan kegembiraan. 

Selalu saja ada elemen yang ingin mengancurkan kepenuhan gembira tersebut.

“Apakah akan terus begitu?”

***

Jika ada yang mengatakan bahwa proses senantiasa tidak mengkhianati hasil, kupikir pepatah itu tidak realistis dengan apa yang terjadi dalam hidupku. Tahap demi tahap telah aku lalui.

Semuanya nihil. Mungkin aku hanya ditakdirkan untuk menikamati alunan musik dari jari-jari orang yang menari dengan begitu indah di atas tust piano. 

Setiap kali mendengar alunan musik, imajinasi menghantarkan aku pada kondisi ilusi sedang bermain piano. 

Ahhh, demikianlah jika keinginan tidak dibarengi dengan kemampuan.

“tidak perlu bermimpi untuk bisa menarikan jarimu di atas piano”

“mengapa demikian”

“kamu terlalu bodoh untuk bisa memahaminya”

“lalu?”

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved