Cerpen

Cerpen: Puisiku Yang Kamu Baca

Demikian akhir-akhir ini, aku senantiasa ditemani oleh kondisi badmood. Memang demikianlah hidup. Kata dosenku. 

Editor: Dion DB Putra
shutterstock
Ilustrasi 

Semeter 5 antologimu mesti sudah dicetak.

Kamukan ingin diterbitkan oleh penerbit ternama”

“demikianlah harapanku”

“ dan dosen yang memberimu tugas adalah CEO penerbit tersebut”

Mendengar kata-kata terakhir dari Tasya, opitimisku mulai membaik. 

Kemarin dia senantiasa melayani ego untuk bermain piano. Kini dia mulai memposisikanku untuk fokus pada rencana yang sudah ada sejak semester satu di program study sastra Indonesia.

Penuh semangat. Sebelum senja, aku menuju kampus. 

Usai senja, bersama Tasya menikmati puisi-puisiku yang diterbitkan dimedia massa. Demikianlah keseharianku bersama Tasya. 

Ya Tasya teman yang tahu betul akan perjuangku. Dalam setiap puisiku tak lepas dari kehadirannya.

Bahkan dirinya pernah ku jadikan objek puisi. Sesekali Tasya menggantikanku untuk membimbing semester 2, karena aku sibuk mengumpulkan puisiku. Namun, hampir setiap hari kami melewati hari bersama. Bahkan sampai mentari menyapa.

***

Sejak sebulan yang lalu ketika sah sebagai mahasiswa semester 5, aku mulai mengubah tempat untuk merenung. 

Apabila selama ini aku dan Tasya melewati hari bersama di taman kampus, kini aku mesti sendirian menikmati senja di tepi pantai. 

Sebab, sejak sebulan lalu, Tasya mesti keluar Kota untuk menyelesaikan Project cerpennya. 

Aku tidak lagi membimbing mahasiswa semester 2 yang kini sudah semester 3. Hal ini karena kekeselanku pada seseorang yang dulunya pernah
kuberikan hati untuknya menginap. 

Aku geram, puisiku yang dibacanya sehingga kini dia bisa satu program studi bersamaku. Ya, sebulan lalu, dia pindah ke kampusku.

“aku jijik dengan puisimu Boy”

“apa? Jijik?”

Demikianlah percakapan kami waktu itu yang membuatku memintanya untuk meninggalkan hatiku. 

Aku pun tidak mengetahui bahwa usai perpisahan itu, dia terus membaca puisiku. Entah di bukunya yang sering aku tulis ataupun di media.

“Boy?”

“Tasya?, kamu sudah pulang?”

“iya, aku membawakan hadiah untukmu”

‘Puisiku Yang Kamu Baca’, Penulis; Irenius Boko

“Antologi Puisiku?”

“Iya, Penerbit sengaja tidak menginformasikanmu terlebih dahulu. Itu pesan dari kepala penerbit”

‘Puisiku Yang Kamu Baca’ judul antologi puisiku untuk menyadarkan orang yang tidak tahu terima kasih akan dampaknya yang cukup besar bagi perkembangan akademiknya. 

Tasya juga tahu tentang orang itu yang pernah memaki puisiku. Tapi kini, aku mulai merasa nyaman dengan Tasya. Aku sadar bahwa sesungguhnya Tasya adalah orang yang tepat untuk memiliki hatiku.

Tasya menikmati puisiku, sehingga membuatku keluar dari ego buta yang sempat membuat lupa akan rencana menerbitkan antologi. (*)

*) Penulis adalah mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang. Juga menjabat sebagai Ketua Komunitas Pikiran (KoPi) Fakultas Filsafat yang bergiat dalam menulis opini dan diskusi. Selain itu, Penulis juga menjabat sebagai Ketua DPM Unwira Kupang.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved