Opini

Mengenang Gus Dur Sang Pemersatu Bangsa

Suatu saat di masa lalu kita semua pernah kehilangan seorang pemimpin. Dia tokoh perdamaian dunia dan pemersatu bangsa.

Editor: Dion DB Putra
KOMPAS / TOTOK WIJAYANTO
Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mendengarkan pertanyaan wartawan saat menyampaikan "Catatan Kritis Akhir Tahun" di Jakarta, Selasa (26/12/2006). 

Presiden yang terusir dari istana atas isu tidak jelas Bruneigate dan Buloggate yang tidak bisa dibuktikan sampai sekarang. Atau memang tidak perlu lagi dibuktikan karena syahwat para elit sudah terpenuhi.

Presiden yang keluar dari istana santai saja sambil melambaikan tangannya kepada Indonesia dengan hanya bersarung dan bersandal jepit. Seolah mau mengatakan kepada semua orang terutama kepada para pendukungnya.

Kalian cukup sampai di sini saja. Jabatan bagi saya tidak ada apa apanya. Persatuan bangsa harus jadi yang utama.

Jejak sejarah, terutama pelajaran berharga yang ia tinggalkan bagi bangsa yang ia cintai ini harus selalu diingat agar jadi pedoman kita dalam menggapai cita-cita luhur para pendiri bangsa.

Ini adalah pelajaran paling mendasar yang jadi salah satu legacy beliau dan perlu kita sadari sebagai refleksi akhir tahun.

Arti penting semangat persatuan dan kesatuan bangsa atas dasar Ketuhanan yang maha esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ini juga bagian dari nilai luhur bangsa yang ada dalam Pancasila, dasar falsafah dan ideologi bangsa yang sudah menjaga Indonesia tetap utuh sampai sekarang.

Bagi Gus Dur, nilai persatuan ini sangat penting, walaupun tidak kalah penting dari nilai lain dalam Pancasila yang semuanya saling mendasari.

Nilai-nilai luhur bangsa ini harus dijaga dan dipraktikkan. Ia harus jadi pedoman hidup bersama dan bersesama dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demi Indonesia jaya. Demi Indonesia emas 2045.

Lalu apa hubungannya dengan Pemilu terutama Pilpres yang sedang berproses saat ini? Apa hubungannya dengan ritual lima tahunan memilih wakil rakyat dan pemimpin negeri yang sedang berlangsung?

Kita harus sadar bahwa pesta demokrasi ini selalu membelah negeri. Pemilihan presiden-wakil presiden selalu menimbulkan keterbelahan di kalangan akar rumput. Padahal ini sebenarnya hanya ritual demokrasi biasa. Presiden bukan segala galanya yang menentukan mati hidup bangsa.

Presiden di Republik ini tidak punya kuasa mutlak. Ketika jadi presiden nanti dia harus ajak semua elite parpol bergabung dalam kabinet. Termasuk parpol koalisi lawannya dalam pilpres.Sebagian besar parpol juga ada di DPR. Hampir semua kebijakan harus atas persetujuan lembaga legislatif ini sebagai lembaga tinggi negara yang jadi mitranya.

Maka tidak ada pilihan lain. Siapapun yang memerintah jika tidak ingin diganggu terus harus melibatkan semua partai politik.

Maka di antara kita rakyat biasa ini tidak perlu ngotot yang akhirnya bisa menimbulkan konflik. Jangan pakai negative campaign.

Jangqn mengolok-olok paslon lawan. Jangan sebar berita bohong dan ujaran kebencian yang bisa bikin diri sendiri celaka karena melanggar Undang Undang ITE.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved