Opini
Pesta Demokrasi dan Spirit Advent
Bukan hanya itu, di beranda-beranda media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Instagram juga kini dibanjiri slogan-slogan adven dan politik.
Artinya, menjelang pesta demokrasi ini, lebih elok bila kita secara jernih membaca dan mengkualifikasi visi-misi dan idiologi yang dipamerkan oleh masing-masing kandidat, baik yang terpampang pada baliho-baliho maupun lewat kampanye.
Kita tidak boleh terbuai oleh retorika atau slogan-slogan bombastis yang sensasional dan populistik. Kita harus secara jernih, kritis dan selektif dalam menentukan pilihan atau orang yang menurut tilikan kita layak menakhodai bangsa besar dan beranekaragam ini selama lima tahun ke depan.
Ketiga, kesiapan dalam menyambut pemimpin baru. Sama seperti pada masa adven ini kita mempersiapkan diri menanti kedatangan pemimpin sejati, yakni Mesias, demikian pun pada masa menjelang pemilu ini, kita mesti bersiap diri menyambut siapapun yang akan keluar sebagai pemenang dalam kontestasi elektoral kali ini.
Kendati tidak memilih pasangan tersebut, namun sebagai warga negara yang bertanggungjawab dan berjiwa besar, kita menyambut pasangan tersebut sebagai pemimpin legitim yang akan menakhodai bahtera Republik Indonesia selama lima tahun ke depan. Dan yang terakhir kembali pada spirit yang pertama yakni menjalankan fungsi control atau dalam terminologi lain sebagai advocatus dioboli.
Bahwa kita tidak hanya mendukung program kerja yang akan mereka eksekusi seturut visi dan misi mereka, Kita juga memiliki hak untuk mengoreksi jalannya roda pemerintahan yang akan mereka kemudi. Sebab demokrasi tanpa koreksi akan terjungkal menjadi tirani.
Inilah relevansi spirit adven yang kiranya penting untuk dihidupi pada momentum tampan menjelang pesta akbar yang akan datang. Harapannya adalah supaya tercipta panorama politik Indonesia yang ramah, bermartabat dan penuh makna. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.