Opini
Pesta Demokrasi dan Spirit Advent
Bukan hanya itu, di beranda-beranda media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Instagram juga kini dibanjiri slogan-slogan adven dan politik.
Dengan mudah ujaran kebencian disebarkan. Ia tidak hanya mendidkreditkan martabat orang lain tetapi juga mempertajam permusuhan di antara warga. Masyarakat yang berbhineka sempat terpolarisasi, namun syukur tidak berujung pada kehancuran dan perpecahan yang serius.
Kondisi seperti itu memang akan selalu muncul dalam setiap ajang demokrasi, apalagi diperparah oleh munculnya era yang di sebut post-truth. Orang muak dengan data, fakta dan kebenaran.
Sebaliknya, yang sentimental, sensual dan emosionallah yang diterima dan berlaku umum. Orang tidak peduli dengan konsekuensi logis dari tindakan asal klik dan asal share pada ponsel pintarnya. Yang penting bagi dia bukan bonum commune namun kebaikan opurtunis dan egoistik.
Ia senang dan puas berselancar di jagat media sosial dengan sejumlah pengakuan semu yang dia peroleh lewat like dan komen tanpa mempertimbangkan konsekuensi, makna dan kedalaman.
Inilah bahaya yang timbul ketika sentimentalitas diselebrasi dan diglorifikasi daripada rasionalitas; ketika kepuasan semu lebih penting daripada kejernihan nurani. Hal ini tentu sangat memrihatinkan, dan kita menginginkan supaya pesta demokrasi saat ini diwarnai oleh spirit persatuan dan kesatuan.
Relevansi Spirit Adven
Bagi umat beriman Katolik, kita sudah sangat familiar dengan salah satu tokoh penting yang tampil pada masa adven yakni Yohanes Pembabtis.
Khusus pada minggu kedua adven, kita melihat dan mendengar bagaimana para evangelist menyoroti peran publik Yohanes. Bukan hanya para evangelist, Nabi Besar Perjanjian Lama, Yesaya bahkan sudah sejak lama berbicara tentang figure Yohanes Pembabtis yang datang mendahului sang
Mesias, dan berseru tantang pertobatan. Yohanes adalah seorang hidup dan mati untuk kebenaran.
Ia adalah figure yang tidak mudah berkompromi apalagi dengan hal-hal yang bersifat superficial. Ia tetap berpegang pada prinsip-prinsip fundamental.
Gambaran kisah hidup dan karya Yohanes tentu sangat relevan saat ini. Karena itu bunda Gereja, pada masa adven ini secara khusus mengajak, mengundang dan mendorong para anggota-anggotanya untuk menghidupi pesan yang dibawa atau diwartakan oleh Yohanes, yakni, bermetanoia, berdoa dan beramal.
Selain dilihat sebagai sikap berjaga-jaga dan atau persiapan dalam menyambut kedatangan sang pemimpin sejati, tindakan tersebut juga merupakan bentuk kepedulian dan harapan akan masa depan yang baik melalui seorang pemimpin.
Menjelang pesta demokrasi yang sudah di depan mata ini, sangat penting kiranya untuk mengaksentuasikan spirit adven. Pertama, suara profetis.
Seperti Yohanes Pembabtis yang tidak mudah berkompromi dengan hal-hal opurtunis, egoistik dan superficial, kita pun pada momentum yang menentukan ini bersama-sama menolak kepuasan semu yang diperoleh dari penyebaran kebohongan dan kebencian.
Memeluk, menghidupi dan menyebarkan kebenaran merupakan sikap yang perlu ditanam dan dibangun pada masa persiapan pemilu. Ini merupakan sikap preventif untuk membendung gejala polarisasi yang tidak sehat.
Kedua, rasionalitas. Spirit adven mendorong orang pertama-tama untuk berpikir jernih. Ini merupakan buah dari kontemplasi dan refleksi. Jadi, masa tenang adven ini mestinya mendorong kita untuk tidak hanya jernih secara spiritual tetapi secara integral, mencakup semua aspek terutama aspek intelektual atau conscience.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.