Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, Wahana Visi Indonesia
Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, menjadi tema yang digagas Wahana Visi Indonesia (WVI).
* 14 Rekomendasi Konsorsium
Nasional Procject Manajer Inclution WVI Meiseany Hortensia menjelaskan kiprah WVI di Alor selama ini. Selama ini WVI mendampingi sekitar 395 petani kenari yang tersebar pada sejumlah wilayah di Alor. Meiseany menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang sudha terlibat dalam upaya pengembangan kenari.
Meiseany menjelaskan 14 rekomendasi atau komitmen para pihak dalam talkshow terkait budidaya, penelitian, dan pemasaran kenari Alor. Komitmen itu yakni, Pemerintah, Bapelitbang, dan DPRD Kabupaten Alor membuat aturan perlindungan terhadap pohon kenari, dan kebijakan anggaran.
Jalin kemitraan untuk mendorong kemandirian para pelaku usaha dan petani kenari Alor, lini sektornya adalah DPRD dan Bapelitbang Alor.
Bapelitbang mengundang WVI untuk berdiskusi lebih lanjut tentang kemitraan. DLHK Provinsi NTT akan mengkomunikasikan dengan BKSDA terkait isu, tantangan, dan potensi kenari di wilayah konservasi Kabupaten Alor. Program reboisasi kenari Alor dibawah koordinasi Dinas kehutanan dan Bapelitabang Kabupaten Alor. Dinas PMD bersama Desa-desa akan mengalokasikan anggaran untuk penanaman kenari Alor.

Bapelitbang bersama petani, pengumpul dan masyarakat membentuk kelompok masyarakat pemerhati, untuk indikasi geografis dengan SK Bupati sebagai kelengkapan untuk HAKI kenari Alor. Melakukan baseline kenari Alor yang dipimpin oleh BRIN dan mitra terkait, untuk mendata potensi serta karakteristik kenari Alor lini sektor yang bertanggung jawab adalah BRIN dan WVI.
Pemda dan DPRD Alor akan mengembangkan kenari Alor di 13 kecamatan, dari total 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Alor. Mitra swasta yakni Timurasa, Nth Wonder, Mama Ana membantu pengembangan kapasitas petani kenari di Alor, dan mengembangkan SOP pengolahan kenari Alor untuk mendapatkan standar yang diharapkan pasar.
Mitra swasta membantu pasar kenari Alor serta branding kenari Alor termasuk di pasar ekspor. Bapelitbang Alor bersama BRIN dan Universitas Tribuana (UNtrib) Kalabahi melakukan penelitian kenari Alor dan memasukan kenari Alor sebagai kurikulum di Untrib Kalabahi. Bapelitbang dan Untrib membangun kolaborasikan riset kenari Alor bersama BRIN. (cr19/vel)
Tembus Pasar Eropa
DIREKTRIS Beumopu Elba Jaya, Olvira Ballo mengatakan kenangan masa kecil, kedekatan dan nilai positif dari kenari Alor membuatnya memilih kenari dari Alor sebagai bahan baku produk kenari panggang yang dibranding dengan nama Mama Ana. Mama Ana adalah produsen pangan olahan di Kupang berbasis lokal, didirikan tahun 2013 dan tahun 2018 diperkenalkan oleh WVI dengan kenari Alor.
"Kenari Alor ini kita rancang pasarnya di dalam negeri. Sebanyak 60 persen hasil produksi dikonsumsi dan dipasarkan di Labuan Bajo. 20 persen diedarkan di Kota Kupang, 20 persen di Jakarta. Targetnya semua premium," ujarnya, Rabu (27/9).
"Ada sedikit riset, bahwa kenari di NTT yang punya komersial kapasitas itu hanya dari Alor. Terlalu banyak alasan baik untuk mengerjakan kenari. Dari sisi manusia, alam, budaya, dan kenari memiliki nilai jual yang luar biasa," ungkapnya.
Olvira membranding kenari Alor sebagai identitas daerah. Ada keinginan besar bahwa saat berbicara tentang kenari orang mengasosiasinya dengan Alor, meskipun ada 2 daerah di Indonesia yang menghasilkan kenari.
Baca juga: WVI Gelar Evaluasi Peningkatan Layanan pada 15 BUMDes di Sumba Timur Pada Program ENVISION
"Sejak awal mengerjakan kenari, nama kenari Alor sudah ada dan kini upgrade, izin edarnya sudah terbit dari Kementerian. Meski secara aturan nama Alor tidak diperkenankan untuk dipakai namun akhirnya perjuangan membuahkan hasil, identitas Alor disetujui," katanya.
Olvira memesan bahan baku kenari dari Desa Munaseli, bermitra dengan Rubenson. Tantangannya, perjalanan atau distribusi kenari dari rumah pengering di Munaseli, Pantar naik perahu ke Alor lalu ke Kupang. "Kenari mudah sekali rusak kalau terpapar udara lama sebelum di proses. Jadi memang sensitif sekali. Musim hujan kapal tidak jalan, pernah 80 kg kenari tertimpa air ikan," kata Olvira.
Manager Suplay Chain Nth Wonder, Hanindita Asti mengungkapkan, tahun 2023 kenari sudah diizinkan untuk masuk ke pasar Eropa. Ada beberapa parameter kualitas yang harus diperbaiki dan diperhatikan agar masuk standar pasar Eropa.
Hanin mengatakan, kandungan nutrisi pada kenari menjadi alasan Nth Wonder memilih mengolah produk turunan dari kenari.

"Kami kuatnya di teknologi pangan. Kami melihat potensi kenari dari segi pengolahannya dan kandungan nutrisi. Dibandingkan dengan minyak zaitun, semua lemak di kenari itu lemak yang sehat. Kalau dibandingkan dengan produk pengganti susu seperti almond atau mete, kenari masih berada di level yang lebih tinggi," jelasnya.
Nth Wonder mengolah kenari menjadi beberapa produk turunan. Produk yang biasanya pakai susu, diganti dengan kenari sebagai proteinnya. "Varian produk saat ini ada Gelato, Ice Cream, Keju dan Cheese Cream. Produk turunan lain akan dikembangkan seperti Keju Mozarella dari kenari," jelasnya.
Saat ini Pemasarannya baru menjangkau Jakarta bekerjasama dengan sejumlah restoran dan secara online. Kini kenari berusaha tembus pasar ekspor. "Kenapa belum menjangkau Alor padahal kenari yang digunakan berasal dari Alor? Tantangannya pada logistik. Barang kami semuanya cold chain pengirimannya, harus dalam temperatur dingin. Ini memang PR untuk daerah kepulauan," ungkapnya.
Namun Hanin bersedia jika diminta ikut memberdayakan petani dan UMKM di Alor untuk kembangkan produk turunan kenari bersama dengan Bapelitbang Alor. "Kami berharap bisnis kami dan petani bisa berkembang, sejahtera, dan kenari bisa dilakukan penanaman kembali," katanya.
CEO Timurasa Indonesia Erdi Rulianto mengatakan, pihaknya memasarkan dan memberikan akses bagi produk lokal seperti kenari Alor hingga ke pasar global. Kenari sudah diperkenalkan ke Italia. Tetapi tantangannya adalah ketersedianya. Berikutnya, benar atau tidak kenari itu berasal dari Alor.
Baca juga: Pemprov NTT dan WVI Gelar FGD Bersama Kepala Perangkat Daerah Terkait di Lingkup Pemda Nagekeo
"Ketiga, apakah kompatible. Ada ketentuan untuk memenuhi permintaan pasar Eropa. Mereka (level pasar Eropa) sudah berbicara tentang kontainer base, dimana kita bisa memenuhi kontainer tersebut. Tetapi kita harus lihat kesiapan teman-teman termasuk secara harga, belum lagi masuk ke kualitas. Untuk itu, harga perlu dikomunikasikan bersama," katanya.

Perlu juga diketahui, sampai di konsumen terakhir, harganya masih terjangkau atau tidak. "Saat ini masih tergantung market, karena costnya masih tinggi. Mungkin kita bisa punya satu kesepakatan. Timurasa, Nth Wonder dan Mama Ana, sebenarnya ingin market yang lebih luas. Kami juga ingin tahu sebenarnya pasar sendiri menerima dengan harga berapa, supaya lebih ekspansi. Ini yang perlu diskusikan," katanya.
Timurasa telah memperjuangkan nama kenari yang awalnya diterjemahkan sebagai Java Almond. Saat mendaftarkan nama kenari, salah satu visibilitasnya dalam sistem HS adalah Alor. "Ini bisa jadi peluang, teman-teman lebih berbangga karena kenari bisa ada namanya di Eropa," jelasnya.
TImurasa hanya fokus di bahan baku sehingga tidak membuat produk turunan dari Kenari. "Karena kami tahu tidak punya tim yang kuat di research and development untuk membuat kenari mau jadi apa. Tetapi kami punya networking untuk membantu pemasaran dari komunitas-komunitas, atau UMKM agar bisa sampai ke pasar yang lebih luas," imbuhnya. (cr19/vel)
Bupati Alor presiasi WVI
BUPATI Alor Drs. Amon Djobo, MAP dan Kepala Badan Perencanaan Penelitian, dan Pengembangan (Bapelitbang) Alor, Obeth Bolang, SSos MAP mengapresiasi Wahana Visi Indonesia (WVI).
Mereka mengucapkan terima kasih atas kegiatan konsorsium bertema Kenari Alor Menuju Pasar yang Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, bertempat di Ballroom Simfony Hotel, Kalabahi, Rabu (27/9) yang diselenggarakan WVI.
"Berbagai ide, gagasan, dan pikiran baik serta dukungan dari kegiatan ini untuk pengembangan daerah Alor ke depan," katanya.
Obeth memastikan, penggunaan dana desa, riset, pembentukan MPAG guna pengembangan dan pelestarian serta pemasaran kenari Alor, termasuk pengumpulan data terkait kenari, akan didukung oleh pemerintah.
Dana desa bisa dianggarkan untuk membiayai hutan desa. "Tahun ini untuk 158 desa di Alor, total anggaran ada Rp 130 Miliar. Tahun depan Alor kita tambah lagi Rp 2 Miliar, sehingga ada Rp 132 Miliar yang didalamnya ada sekian presentasi. Melalui talkshow ini, bapak desa dan camat bisa melihat sesuai dengan ketentuan Petunjuk," ungkap Obeth.

Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pelaksana memungkinkan disupport untuk membiayai hutan desa yang ada di wilayah. Hal ini merupakan peluang yang bisa dilakukan, sambil kabupaten juga mensupport.
"Kalau soal menyediakan anakan kenari, sedang dibahas dalam APBD 2023, bersama badan anggaran. Kita memanfaatkan musim hujan, agar anakan kenari bisa ditanam," tegasnya.
Kedepan, Bapelitbang akan memiliki kelembagaan baru khusus riset yang bisa mendukung akademisi juga penelitian tentang kenari. Aturannya sedang digodok. Untuk data base, pemda bersama WVI sudah mencoba survei data base di desa dan kecamatan yang mempunyai potensi pengembangan kenari.
"Itulah yang akan kita sama-sama dukung dan back up, sehingga hutan desa nanti dapat mendukung petani yang ada di desa dan lewat konsorsium ini kita bisa rencanakan di tahun 2024," jelasnya.
Obeth juga mengapresiasi UMKM seperti Mama Ana, Nth Wonder dan Timurasa yang telah memasarkan dan menghasilkan berbagai produk turunan dan kenari Alor.
"Kita ingin apa yang telah dibuat oleh Nth Wonder, Mama Ana, Timor Rasa, juga ada di Alor. Karena perjalanan dari Jakarta ke Alor butuh waktu lama, kalau kita punya dukungan yang kuat pasti bisa kita jalankan bersama stakeholder yang ada. Bisa berbagi pengetahuan, pengalaman, informasi, dan teknologi untuk kebijakan perencanaan pembangunan bersama-sama dengan mitra dewan," kata Obeth.
Baca juga: WVI dan Childfund Presidium Aliansi Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak Provinsi NTT
Untuk memudahkan distribusi kenari, Obeth bersama DPRD siap berperan. "Kalau soal infrastruktur apa yang disampaikan oleh Pak Ruben dari Desa Munaseli, pemerintah di masa depan bersama dengan dewan merencanakan pembangunan infrastruktur jalan sampai ke Munaseli agar tidak lagi menjadi kendala lewat Dana Alokasi Umum. Kalau di Alor Timur sudah bisa dijangkau. Kami juga ada revisi rencana tata ruang wilayah untuk 20 tahun," jelasnya.
Terkait kawasan konservasi, menurut Obeth, kewenangan itu ada pada pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. "Pada prinsipnya, pemerintah daerah memberikan dukungan untuk kepentingan masyarakat. untuk survei data base bisa dilihat dari dukungan dana desa," tuturnya.
Saat membuka kegiatan, Bupati Amon sempat mencoba berbagi produk kenari hasil produksi CV. Beumopu Elba Jaya dan Nth Wonder, berupa Ice Cream, Keju dari Kenari, serta Kenari Roasted aneka rasa.
"Ini luar biasa, saya baru pertama kali coba ada kenari panggang, ada keju kenari ini memang luar biasa. Kami orang Alor tidak pernah tahu Kenari bisa dibuat jadi macam-macam olahan," katanya.

Menurutnya, dulu saat dia masih kecil, kenari ini menjadi makanan burung. Jatuh benihnya di mana, maka disitu tumbuh. "Tetapi hari ini saya coba aneka olahan ini terobosan yang bagus," katanya mengapresiasi WVI.
"WVI ini sudah sekitar 15 tahun ada di Alor ini dan sudah banyak membantu masyarakat Alor. Saya sangat berterima kasih dan mengapresiasi kontribusi WVI bagi masyarakat Alor," katanya.
Bupati menghimbau agar petani tidak hanya berharap pada kenari yang ada saat ini, tetapi juga menanam kembali kenari agar produksinya semakin bertambah dan mendatangkan efek positif bukan hanya di bidang perekonomian tetapi juga di bidang lainnya. (cr19/vel)
Rektor Universtas Tirbuana Alor, Alvonso F Gorang, SSos, MM
Masuk Kurikulum Kampus
KENARI sebenarnya satu komoditas yang punya nilai ekonomi tinggi, punya segmen tersendiri. Kalau kemiri dan lain itu segmennya bumbu dapur, namun kenari segmennya golongan menengah keatas, Harganya premium. Orang-orang biasa kayaknya kita sulit beli, tadi ada kenari yanh sudah diolah seratus gram itu harganya Rp 50an ribu di Labuan Bajo.
Hari ini WVI membuat kita sadar, kita mengetahui bahwa ternyata kenari adalah salah satu prodak yang punya nilai ekonomis yang sangat tinggi dan prospektif untuk pengembangannya di Alor.
Baca juga: WVI Gelar Pelatihan Psikososial Bagi Guru Pendidikan Dasar di Manggarai Timur Melalui Zoom
Pemerintah, kampus, belum melihat kenari sebagai sesuatu yang utama maka kita memang belum memberikan peran maksimal. Kalau kita menggunakan pendataan SWOT, kenari bisa dipetakan, ada kekuatan dan kelemahannya.
Beberapa kekuatan dari kenari, pertama, kenari Alor adalah tanaman endemik sudah ada sejak ratusan tahun dan boleh atau dapat tumbuh dimana-mana. Dapat tumbuh dan menghasilkan buah dari tepian pantai sampai ke ketinggian tertenu, menghasilkan buah dengan baik, bahkan ditengah gunung pun. Alor merupakan daerah penghasil kenari.

Kelemahannya, belum ada riset dan data terkait kenari, sebarannya di Alor, kecamatan hingga desa, jumlah pohon kenari. Data statistik dan produktifitasnya pertahun atau perbulan, belum ada dan ini menjadi masalah kita bersama. Belum lagi program penghijauan kebanyakan pengadaan anakan mahoni.
Selanjutnya hambatan sosial di masyarakat, yakni ketidakjelasan status terkait lahan milik masyarakat. Masyarakat punya lahan, tapi ada hambatan tentang status kepemilikan lahan yang belum menjadi milik perorangan, siapa yang punya kewenangan. Hal ini harus dicarikan solusi.
Untuk peluang, hari ini dunia sedang berada pada isu global, pemanasan global. Semua di dunia berkepentingan terhadap bagaimana pengurangan emisi karbon. Karenanya isu pemanasan global ini bisa membuat kenari menjadi penting.
Karena itu mesti ada anggaran dari lembaga dunia yang berkepentingan untuk memberikan perhatian terhadap penghijauan dengan pemananaman kenari. Ada juga potensi pasar komoditas, pasar lokal, pasar regional hingga pasar Eropa.
Peluang lain yakni jaminan harga yang baik untuk memotivasi orang lebih peduli, mau menanam, menjaga, melestarikan dan mengelola kenari hingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.
Pemerintah membuat program hingga ke desa, termasuk warga yang punya lahan tidur bisa berpikir mulai menanam kenari, termasuk program yang memungkinkan membuat anakan kenari.
Baca juga: 14 Tahun WVI Upayakan Pemenuhan Kesejahteraan Anak di Sikka, WVI Tutup Program di Sikka
Kampus juga perlu melakukan riset terkait kenari dan bekerjasama dengan BRIN. Semangat kampus untuk riset sangat tinggi, namun tidak didukung dengan sumber pembiayaan.
Jika dengan kemitraan, konsorsium, maka tentu ada kesempatan untuk bermitra dengan BRIN. Kampus juga akan memasukkan kurikulum tentang kenari, sehingga sejak awal isu kenari itu sudah dibahas dan didiskusikan oleh dosen dan mahasiswa.
Mari semua pihak mulai dari petani, pengepul, buyer atau pengusaha hingga pemerintah, DPRD dan lembaga swasta, kampus termasuk NGO sama-sama berperan mengembangkan potensi kenari di Alor. BRIN bersama kampus berpikir tentang bagaimana mencari varietas yang paling baik, varietas yang paling memungkinkan untuk pengembangan kenari di Alor. (cr19/vel)
Kolaborasi WVI dan Pemkab Kupang Deklarasikan Kabupaten Kupang Jadi Kabupaten Layak Anak |
![]() |
---|
WVI Fokus Dorong Kabupaten Kupang Jadi Kabupaten Layak Anak |
![]() |
---|
Perayaan Hari Anak Nasional Tingkat Kabupaten TTS, WVI Komit Dukung Perempuan dan Anak |
![]() |
---|
Prevalensi Stunting NTT Rentang 30-40 Persen, WVI Dukung Lakukan Penurunan |
![]() |
---|
Perkenalkan Teknologi Hibrida, WVI Dukung Petani Bena Kembangkan Sistem Pasar Inklusif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.