Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, Wahana Visi Indonesia

Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, menjadi tema yang digagas Wahana Visi Indonesia (WVI).

|
POS KUPANG/NOVEMY LEO
konsorsium kenari di alor 

"Namun, dari semua cerita sukses itu, keberlanjutan baik dari aspek pasar maupun lingkungan masih menjadi satu pertanyan besar bagi kita semua. Bagaimana memastikan keberlanjutan pasar dan hutan kenari di masa depan? Bagaimana memperbesar atau memperluas perubahan-perubahan positif yang terjadi saat ini?" gugah Eben.

Meurut Eben, dua pertanyaan besar itu, tidak bisa dijawab oleh satu atau dua pihak saja. Tetapi butuh kerja sama, butuh kerja kolaboratif. Hal ini yang menjadi pijakan bagi WVI untuk mendorong pembentukan konsorsium kenari.

Wadah konsorsium kenari ini menjadi opsi yang kita pikir dapat mendukung tercapainya ide-ide besar terkait keberlanjutan kenari, baik dari aspek lingkungan maupun aspek pasarnya.

"Konsorsium ini menjadi instrument bagi kita semua untuk bisa berkontribusi, melalui sumber daya, peran, dan keahlian dalam mendukung ekosistem kenari yang berkelanjutan dari hulu (aspek lingkungan) sampai ke hilir (aspek pasar). Semoga Konsorsium Kenari menjadi wadah yang produktif dan solutif," harap Eben.

Baca juga: Kembangkan Kenari, Wahana Visi Indonesia Gelar Konsorsium di Alor

Sementara itu, Daniel Laure, petani kenari asal Desa Bunga Kenari, Kecamatan Alor Timur Laut serta Rubenson Haba, Intermedia Service Profider (ISP) atau pengepul kenari sekaligus inisiator dan pendamping Kelompok Pengepul Onong Tou, di Desa Munaseli, Kecamatan Pantar, mengungkapkan tantangan yang dihadapi.
Daniel sudah menyemai 700 pohon kenari yang bibitnya diabil di hutan konservasi lalu ditanam di lahan miliknya.

Bahkan kini sudah ada 3.000 anakan baru. "Saya ingin punya kebun kenari sendiri hingga anak cucu dapat melihat, memiliki dan menikmati hasil kenari. Selama ini kenari yang diambil berasal dari kawasan hutan yang kurang jelas pemiliknya, entah itu milik pemerintah atau milik masyarakat. Kami sampai hari ini belum tau pasti, sehingga untuk membudidayakan kenari tersebut kami takut," ungkapnya.

Daniel dan 3000 anakan kenari
Daniel Laure, petani kenari asal Desa Bunga Kenari, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, membuat 3.000 anakan kenari, Selasa (26/9). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)


Petani juga khawatir suatu saat kenari akan lenyap dari Alor karena tidak ada pengembangan pasar dan penanaman kenari. "Kami takut budidaya kalau tanam di lahan yang belum jelas pemiliknya, nanti besok lusa kami dilarang untuk ambil. Kami ambil kenari kalau tidak ada yang jaga. Kalau ada yang jaga kami tidak ambil," ujarnya.

Sementara itu Rubenson merasa bersyukur karena sejak menjadi pengepul kenari tahun 2021, kini ekonomi masyarakat khususnya ibu-ibu di desanya mulai meningkat. "Saya sangat beryukur, berterima kasih, karena selama ini WVI menjembatani saya dengan petani dan mengenal mitra, pasar kenari di luar," ujarnya.

Kini Rubenson bermitra dengan UMKM Mama Ana milik Olvira Ballo, Direktris CV. Beumopu Elba Jaya di Kupang. Rubenson rutin mengirim kenari yang telah dikupas kulit arinya itu ke Kupang menggunakan kapal laut. Bahan kenari yang masih memiliki kulit ari dibelinya dari petani di pasar, lalu mempekerjakan ibu-ibu untuk mengupas kulit ari kenari.

Baca juga: Coba Aneka Olahan Kenari, Bupati Alor Kaget Ada Keju Kenari

"Dalam waktu 2 jam, setiap ibu mampu mengupas 8 kg kenari. Jasa kupas Rp 10.000/kg. Daripada ibu-ibu duduk bergosip, lebih baik mengupas kenari menghasilkan uang," ujarnya.

Rubenson juga berharap ada perbaikan infrastruktur jalan dan penyediaan transportasi kapal laut agar distribusi kenari bisa lebih mudah dan murah.

Pengupas kenari, Sipora Bako mengaku dari mengupas kenari dia bisa memenuhi kebutuhan 9 anaknya. Satu kali mengupas kenari, paling sedikit 2,5 kg dan paling banyak 10 kg.

"Dari kupas kenari ini saya bisa kasih sekolah anak, kebutuhan anak, persembahan di gereja. Kalau belum ada permintaan kami biasanya kerja rumput laut dan kemiri. Kerja kenari lebih bisa menghasilkan uang. Kami berharap, pohon kenari lebih banyak ditanam, banyak promosi sehingga pesanan kenari lebih banyak dan kami bisa dapat uang lebih banyak," haranya.

petani pengupas kenari
Ibu-ibu anggota Kelompok Pengepul Onong Tou binaan Rubeson , di Desa Munaseli, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. (POS KUPANG/NOVEMY LEO)


Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Alor Basworo Kuntari berharap kenari Alor bisa dipasarkan kembali di Alor. Kepala Desa Batu Situti Noor memastikan akan memplot anggaran desa untuk pengembangan budidaya kenari Alor di tahun 2024.

"Saya akan coba berkoordinasi dengan kepala-kepala desa terkait data persebaran kenari. Kami bekerjasama dengan Dinas PMD siap mengalokasikan anggaran untuk pengadaan anakan kenari, dan budidaya kenari di Desa Batu untuk tahun 2024," katanya. (cr19/vel)

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved