Uang Kuliah Tunggal Undana

Polemik Uang Kuliah Tunggal, Kepala Dinas Pendidikan NTT: Undana Jangan Terjebak Kapitalis Akademik

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi menanggapi polemik Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa baru Undana Kupang.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prodvinsi NTT Linus Lusi. 

Selain itu, keluhan juga datang dari mahasiswa tentang sarana prasarana yang kurang. Ironi ini yang perlu kontribusi bersama dalam membangun kualitas pendidikan.

Baca juga: Rektor Undana Kupang Ingatkan Calon Mahasiswa Baru Hindari Calo 

Ia mengajak mahasiswa yang ada untuk melakukan registrasi agar tercatat. Undana Kupang akan melakukan verifikasi dan validasi ulang jika ada keluhan yang masuk.

Proses verifikasi dan validasi itu bisa saja tim akan melihat langsung ke lapangan. Pada bagian itu, UKT bisa saja tetap, naik atau menurun.

Prof Maxs Sanam melihat itu berangkat dari pengalaman beberapa penelurusan yang ia lakukan terhadap latar belakang mahasiswa yang mengeluh masalah UKT itu.

"Ini bukan kiamat, kalau memang benar-benar ini, nanti kita akan lakukan verifikasi dan validasi kalau ada yang bersurat. Tapi karena kita dikejar oleh waktu untuk segera mengumumkan kelulusan mandiri, maka kita tidak punya waktu untuk melakukan verifikasi dan validasi orang yang ini, kalau kita sampai lapangan dan mendata kembali lagi. Sementara kepastian kuota mahasiswa mandiri itu berapa. Kita tidak bisa menunda registrasi," ujarnya.

Namun, Prof Maxs Sanam menegaskan UKT yang ada bukan sebuah ketetapan mutlak.

Menurut dia, UKT sangat. dinamis. Ia mencontohkan, jika dalam perjalanan ada orang tua atau penanggung biaya mahasiswa itu meninggal dunia atau sakit, kampus bisa menurunkan UKT.

"Kalau ada laporan orang tua meninggal, saya turunkan. Yang penting sampaikan. Kalau ada bukti yang nyata. UKT itu fleksibel sesuai dengan kemampuan finansial orang tua atau wali yang menanggung biaya mahasiswa," kata Prof Maxs Sanam.

Ia berpesan bahwa pendidikan memang mahal. Bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya maka wajib menyediakan biaya pendidikan yang cukup. Kalau pun adanya harapan pada beasiswa, dia mendorong agar anak-anaknya dididik lebih ekstra agar mendapat kesempatan beasiswa itu.

Prof Maxs Sanam mengingatkan orang tua tidak boleh terlena dengan status 'kemiskinan' untuk memperoleh bantuan. Lebih dari itu, dorongan untuk mengejar prestasi bagi anak-anak hal penting untuk meraih kesempatan lebih besar.

Apalagi di era sekarang ini banyak juga pekerjaan paruh waktu yang bisa dikerjakan oleh mahasiswa untuk menambah finansial selain beasiswa.

"Mari kita bekerja keras agar anak-anak kita membanggakan kita suatu waktu bahwa. Loh, saya jadi begini karena orang tua saya walaupun petani, tapi mereka bekerja keras, banting tulang dan menjadikan saya sarjana, itu kebanggaan yang akan diingat oleh anak-anak kita," kata Prof Maxs Sanam. (cr20/ray/fan)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved