Opini
Opini Prof Feliks Tans: Surat Terbuka Kepada Gubernur NTT, Menciptakan Sekolah Unggul
Melalui sekolah unggul itu, NTT akan lebih mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang juga unggul – Syukur kalau super unggul.
Dalam bahasa Howard Gardner, para guru itu mengajari muridnya sesuai dengan kecerdasan utamanya (Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, 1983).
Artinya, seorang murid yang cerdas bermusik, misalnya, harus diberi waktu 99 persen di sekolah untuk mempelajari itu saja; demikian juga yang cerdas membuat kursi atau meja, yang cerdas berpuisi dan/atau yang cerdas bermatematika; dan lain sebagainya.
Bapak Gubernur, pembelajaran (teaching) seperti itu membuat murid belajar atau melakukan kegiatan belajar secara total yang, menurut Carl R. Rogers (1983, Freedom to Learn in1980s, hlm. 20), berciri khas sebagai berikut.
Pertama, kegiatan belajar dimulai oleh murid itu sendiri. Tanpa disuruh, dia belajar. Dia berinisiatif sendiri untuk belajar.
Kedua, dia menilai/mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. Apakah dia sudah bisa atau belum, dia tahu.
Baca juga: Opini Albertus Muda S.Ag: Pendidikan, Pengajaran dan Kekerasan
Ketiga, jiwa dan raganya 100 persen berada dalam kegiatan belajarnya. Ada totalitas dalam belajarnya.
Keempat, hasil belajarnya berpengaruh terhadap seluruh kepribadiannya, yaitu bahwa ketika dia belajar, misalnya, mencuri itu tidak baik, dalam perjalanan hidup selanjutnya dia tidak akan pernah mencuri atau melakukan korupsi.
Ini didukung Paul Tough (2012, How Children Succeed: Confidence, Curiosity and the Hidden Power of Character, hlm. xv) yang mengatakan bahwa untuk sukses, orang butuh karakter seperti tahan banting, control diri, keingintahuan, kesabaran, dan rasa percaya diri.
Kelima, apa yang dipelajarinya bermakna untuk masa depannya yang lebih baik dan, karena itu, dia belajar secara total supaya sukses.
Bapak Gubernur, dalam kegiatan belajar yang bermakna seperti itu, disadari atau tidak, empat kompetensi Abad XXI, yang dikenal dengan nama 4C, yaitu critical thinking, communication, collaboration, creativity atau berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, dan memiliki kreativitas (dalam Yuval Noah Harari, 21 Lessons for the 21st Century, 2018, hlm. 268) dipelajari secara all out.
Dengan atau tanpa guru, secara mandiri atau kolektif, siang atau malam, di pagi atau malam hari. Kapan pun. Di manapun.
Bapak Gubernur, jika semua alumni SMA/K dan para sarjana kita dilatih secara total dalam konteks PMBKM dan, karena itu, memiliki kemampuan yang mumpuni dalam 4C itu di dan setelah sekolah/kuliah, predikat tak sedap bagi NTT seperti yang disematkan padanya selama ini segera hilang lenyap. (Dosen FKIP/Pascasarjana, UNDANA)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.