NTT Terkini

Genting Jadi Jembatan Empati Penyelamat Generasi dari Stunting di TTS

Di antara desa-desa yang berjuang, berdiri Desa Pusu, di Kecamatan Amanuban Barat. Desa ini adalah saksi bisu perjuangan harian manusia melawan alam. 

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
SENANG - Wajah senang dari Derly Banamtuan (28), seorang ibu di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Ia tengah hamil 8 bulan. Derly merupakan penerima program GENTING yang dilaksanakan BKKBN. 

Di sampingnya, Derly Banamtuan (28), yang tengah hamil delapan bulan, juga tersenyum sumringah. Bagi ibu hamil, paket gizi ini adalah pertaruhan hidup-mati bagi janinnya.

"Kami merasa sangat senang. Harapannya, semoga bayi yang ada di dalam kandungan saya sehat, dan kami bebas dari stunting," tuturnya lirih. Kata-kata Derly adalah doa yang paling sederhana dan paling mendesak dari seorang ibu di tanah yang keras. 

Bantuan Genting bukan hanya sekadar suplemen, melainkan simbol bahwa mereka tidak lagi berjuang sendirian di tanah Pusu.

Genting: Panggilan Moral untuk Kolaborasi Holistik

Harapan baru itu mengalir dari Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting, sebuah sinergi holistik yang menyadari bahwa masalah stunting adalah masalah air bersih dan sanitasi juga.

Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting yang didukung  mitra Yayasan Kitabisa NTT dan PT Telkom Indonesia untuk menyediakan air bersih dan MCK Komunal, adalah panggilan moral bagi seluruh masyarakat.

Unjuk kepedulian juga diperlihatkan PT Bank Mandiri, Tbk dan Blackmores. Bentuknya berupa  intervensi nutrisi suplemen vitamin selama tiga bulan kepada total 150 Keluarga Risiko Stunting (KRS). Ini juga perwujudan dari  panggilan moral.

"Kita harapkan Genting menjadi  gerakan moral dari kita semua sebagai anak-anak bangsa yang ada di NTT. Jangan hanya mengandalkan pemerintah," kata Drs. Sukaryo Teguh Santoso, Deputi Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat, Kemendukbangga/BKKBN.

Dibalik pernyataan Sukaryo Teguh, ada  tiga kunci untuk menurunkan angka prevalensi stunting di NTT ke depan. "Kerja keras, berinovasi, dan berkolaborasi." Itulah resep yang diberikan Sukaryo Teguh, sosok  yang dikenal kenyang menjalankan kegiatan  penggerakan di garda terdepan program selama berkarir  sebagai ASN.

Komitmen TTS: Melangkah dari Pencegahan ke Keberlanjutan

Adalah Bupati Timor Tengah Selatan, Eduard M. Lioe, pejabat yang menyambut gerakan ini dengan komitmen penuh. Ia menegaskan, stunting bukan sekadar masalah gizi, tetapi masalah masa depan generasi. Oleh karena itu, bantuan harus datang secara holistik, dari hulu ke hilir. Mulai dari sanitasi, air bersih, hingga asupan nutrisi.

Bupati juga menekankan pentingnya durasi bantuan yang memadai untuk memberikan dampak nyata. Pernyataan itu dikemukakan seiring munculnya gelombang perhatian yang kian menggemuruh, mencari  sosok-sosok Adelia dan Derly yang lain.  

"Membantu jangan dalam waktu pendek, katakanlah 15 hari. Namun minimal bantuan diberikan harusnya tiga bulan," pungkasnya, mendorong para mitra dan stakeholder untuk memperluas jangka waktu intervensi.

Kini, di kaki bukit Amanuban Barat, secercah senyum di tengah tantangan adalah tanda. Bahwa dengan kolaborasi yang kuat dan jangka waktu intervensi yang memadai, masa depan generasi Timor Tengah Selatan yang sehat, cerdas, dan berkualitas sedang diukir, selangkah demi selangkah, memutus rantai stunting yang telah lama membelenggu. (fan) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved