NTT Terkini
Genting Jadi Jembatan Empati Penyelamat Generasi dari Stunting di TTS
Di antara desa-desa yang berjuang, berdiri Desa Pusu, di Kecamatan Amanuban Barat. Desa ini adalah saksi bisu perjuangan harian manusia melawan alam.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Timor Tengah Selatan (TTS), sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT), bukan hanya tentang keindahan alamnya yang eksotis, tetapi juga tentang perjuangan sunyi yang menghantui masa depan generasinya.
Dengan angka prevalensi stunting yang mencekik hingga 56,8 persen (Survey Status Gizi Indonesia, SSGI-2024), jauh melampaui rata-rata provinsi NTT sebesar 37 persen, TTS tengah berada dalam kondisi genting.
Angka ini berarti, lebih dari separuh balita di sana berisiko gagal tumbuh kembang, kehilangan potensi terbaik mereka. Bahkan, stunting di TTS menjadi yang tertinggi di Provinsi NTT.
Di tengah kegentingan itulah sebuah harapan disulut melalui Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting). Gerakan ini menjadi jembatan empati, menggerakkan hati ratusan orang tua asuh untuk langsung turun tangan menyelamatkan masa depan generasi dari ancaman stunting.
Secuil Surga yang Tak Mudah Dihuni
Di antara desa-desa yang berjuang, berdiri Desa Pusu, di Kecamatan Amanuban Barat. Desa ini adalah saksi bisu perjuangan harian manusia melawan alam.
Secara geografis, Pusu berada di tanah yang cenderung kering, curah hujan tak menentu, dan kontur perbukitan yang menantang. Kekeringan alam ini menjadi akar masalah.
Di kaki bukit Amanuban Barat, ketersediaan air bersih seringkali menjadi barang langka. Keterbatasan sumber daya vital ini menghantam stabilitas hasil panen, membuat produksi pangan lokal, meski Amanuban Barat dikenal sebagai penghasil ubi jalar, menjadi tidak menentu.
Maka, di sana, gizi menjadi barang mahal. Sulitnya air membuat warga tak mudah menanam pangan beragam, dan alhasil, mendapatkan asupan nutrisi seimbang untuk anak-anak dan ibu menjadi sebuah kemewahan. Isu stunting pun tak lagi sekadar statistik, melainkan bayangan kelam yang menghantui setiap senyum bayi yang baru lahir.
Baca juga: Pemprov NTT dan Kemendikbudristek Perkuat Kolaborasi Penanganan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem
Ungkapan "Baru Pertama Kali" Menggugah Jiwa
Namun, di tengah gersangnya musim, uluran tangan datang. Ketika paket nutrisi suplemen vitamin dan sumber air bersih tiba di Pusu, ia membawa makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar bantuan fisik.
"Saya merasa senang dan bersyukur kepada Tuhan. Ini baru pertama kali kami dapat bantuan, isinya paket nutrisi dan suplemen vitamin untuk tiga bulan. Harapan ke depan, stunting bisa tercegah," kata Adelia Mone (38), seorang ibu dengan anak berusia enam bulan.
Dengan suara terbata, Adelia berucap penuh rasa syukur dan terima kasih kepada Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN yang sudah membantu keluarganya.
Suara Adelia terdengar tulus, memancarkan kelegaan yang menusuk hati. Ungkapan "baru pertama kali" itu seolah menampar kesadaran kita betapa lamanya mereka berjuang dalam keterbatasan. Bantuan yang datang kini menjadi jaminan gizi yang krusial bagi masa pertumbuhan emas sang buah hati.
Di sampingnya, Derly Banamtuan (28), yang tengah hamil delapan bulan, juga tersenyum sumringah. Bagi ibu hamil, paket gizi ini adalah pertaruhan hidup-mati bagi janinnya.
"Kami merasa sangat senang. Harapannya, semoga bayi yang ada di dalam kandungan saya sehat, dan kami bebas dari stunting," tuturnya lirih. Kata-kata Derly adalah doa yang paling sederhana dan paling mendesak dari seorang ibu di tanah yang keras.
Bantuan Genting bukan hanya sekadar suplemen, melainkan simbol bahwa mereka tidak lagi berjuang sendirian di tanah Pusu.
Genting: Panggilan Moral untuk Kolaborasi Holistik
Harapan baru itu mengalir dari Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting, sebuah sinergi holistik yang menyadari bahwa masalah stunting adalah masalah air bersih dan sanitasi juga.
Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting yang didukung mitra Yayasan Kitabisa NTT dan PT Telkom Indonesia untuk menyediakan air bersih dan MCK Komunal, adalah panggilan moral bagi seluruh masyarakat.
Unjuk kepedulian juga diperlihatkan PT Bank Mandiri, Tbk dan Blackmores. Bentuknya berupa intervensi nutrisi suplemen vitamin selama tiga bulan kepada total 150 Keluarga Risiko Stunting (KRS). Ini juga perwujudan dari panggilan moral.
"Kita harapkan Genting menjadi gerakan moral dari kita semua sebagai anak-anak bangsa yang ada di NTT. Jangan hanya mengandalkan pemerintah," kata Drs. Sukaryo Teguh Santoso, Deputi Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat, Kemendukbangga/BKKBN.
Dibalik pernyataan Sukaryo Teguh, ada tiga kunci untuk menurunkan angka prevalensi stunting di NTT ke depan. "Kerja keras, berinovasi, dan berkolaborasi." Itulah resep yang diberikan Sukaryo Teguh, sosok yang dikenal kenyang menjalankan kegiatan penggerakan di garda terdepan program selama berkarir sebagai ASN.
Komitmen TTS: Melangkah dari Pencegahan ke Keberlanjutan
Adalah Bupati Timor Tengah Selatan, Eduard M. Lioe, pejabat yang menyambut gerakan ini dengan komitmen penuh. Ia menegaskan, stunting bukan sekadar masalah gizi, tetapi masalah masa depan generasi. Oleh karena itu, bantuan harus datang secara holistik, dari hulu ke hilir. Mulai dari sanitasi, air bersih, hingga asupan nutrisi.
Bupati juga menekankan pentingnya durasi bantuan yang memadai untuk memberikan dampak nyata. Pernyataan itu dikemukakan seiring munculnya gelombang perhatian yang kian menggemuruh, mencari sosok-sosok Adelia dan Derly yang lain.
"Membantu jangan dalam waktu pendek, katakanlah 15 hari. Namun minimal bantuan diberikan harusnya tiga bulan," pungkasnya, mendorong para mitra dan stakeholder untuk memperluas jangka waktu intervensi.
Kini, di kaki bukit Amanuban Barat, secercah senyum di tengah tantangan adalah tanda. Bahwa dengan kolaborasi yang kuat dan jangka waktu intervensi yang memadai, masa depan generasi Timor Tengah Selatan yang sehat, cerdas, dan berkualitas sedang diukir, selangkah demi selangkah, memutus rantai stunting yang telah lama membelenggu. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
| Penyaluran KUR di NTT Capai Rp 2,2 Triliun di Tahun 2025 |   | 
|---|
| BERITA POPULER- Kebakaran Hebat di Lasiana, Sidang Kasus Prada Lucky, Polda NTT Amankan Rokok Ilegal |   | 
|---|
| Amartha Buka Akses Modal Rp1 Triliun bagi 140 Ribu UMKM Perempuan di NTT |   | 
|---|
| Tuan Rumah PON 2028, DPRD NTT Ingin Persiapan Anggaran Lebih Awal |   | 
|---|
| PLN dan TNI AD Bangun SMP Negeri Oepoli, Nyalakan Semangat Sumpah Pemuda di Perbatasan NKRI |   | 
|---|


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.