NTT Terkini

UPTD Museum NTT Gelar Seminar Hasil Kajian Kain Tenun Alor

Seminar mengenai tenun Alor ini merupakan kelanjutan dari fokus museum dalam mengkaji wastra (kain tradisional) NTT, setelah sebelumnya sukses

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/MARIA SELFIANI BAKI WUKAK
SEMINAR - Seminar hasil kajian kain tenun Alor di UPTD Museum NTT, Kamis (30/10) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Maria Selfiani Baki Wukak 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - UPTD Museum Provinsi NTT melaksanakan kegiatan Seminar Hasil Kajian Kain Tenun Alor dengan tema utama "Membaca Pancasila Lewat Tenun, Kajian Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Alor" di Aula UPTD Museum Provinsi NTT, Kamis (30/10).

Dalam sambutannya, Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Provinsi NTT Eldisius Angi menekankan keragaman etnis, bahasa, dan produk budaya, seperti kain tenun ikat, adalah keunikan yang menjadi jati diri orang NTT dan bersatu dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

"Kehadiran Museum Nusa Tenggara Timur memiliki peran dan misi khusus dalam melestarikan budaya NTT, termasuk di dalamnya adalah pengumpulan produk budaya, mengkaji, merawat, dan mengkomunikasikan ke masyarakat," jelasnya.

Seminar mengenai tenun Alor ini merupakan kelanjutan dari fokus museum dalam mengkaji wastra (kain tradisional) NTT, setelah sebelumnya sukses menyelenggarakan seminar hasil kajian tenun Kabupaten Ngada.

Eldisius juga mengungkapkan capaian penting Provinsi NTT di tingkat nasional. Pihak bidang kebudayaan, selain mengkaji tenun Alor, juga telah mengkaji kain tenun ikat Telupoi dari Kabupaten Nagekeo.

Kajian tersebut tidak berhenti sebagai arsip, melainkan langsung diusulkan ke pemerintah pusat untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.

Baca juga: Indikasi Geografis Tenun Sapu Lu’e Lawo dan Upaya Perlindungan Hukumnya

"Bukan kita hanya kaji saja, kita kaji, kita usul supaya budaya kita diakui di nasional bahkan maupun internasional," tegasnya.

Sebanyak 25 karya budaya yang diusulkan oleh Nusa Tenggara Timur lolos untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia untuk tahun 2025. 

Menanggapi perkembangan zaman dan gaya hidup milenial yang menjadi tantangan serius terhadap minat mempelajari kebudayaan daerah, seminar ini diharapkan menjadi momentum edukatif.

"Dalam dunia pendidikan, museum berperan sebagai sekolah kedua yang terbuka bagi semua kalangan yang berkunjung dan memanfaatkan museum melalui pengalaman yang rekreatif dan edukatif," tambahnya.

Mengakhiri sambutannya, Eldisius mengajak semua pihak untuk bersama-sama menghargai dan melestarikan kebudayaan luhur sebagai kunci kemajuan dan identitas.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya sendiri. Ayo bangun NTT, ayo bangun Indonesia," tutupnya seraya secara resmi membuka kegiatan seminar.

Dalam seminar ini juga dihadirkan dengan dua pembicara yakni Fadil Mas’ud yang menjadi pembicara utama mengenai membaca pancasila lewat tenun, serta pemateri kedua Yulianti A.Peni yang membahas peranan tenun Alor dalam pelestarian kebudayaan lokal daerah. (ria)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved