Guru Aniaya Siswa Hingga Tewas
Anak-anak Takut ke Sekolah Setelah Guru Pukul Siswa hingga Tewas
Rafi To, murid SD Inpres One yang meninggal dunia diduga akibat penganiayaan oleh guru penjaskes, Yafet Nokas.
Tiga siswa yang menjadi saksi sekaligus korban adalah ST (11), FT (10), dan FS (11). Ketiganya duduk di bangku kelas V SD Inpres One. Ketiganya menceritakan pengalaman tragis yang mereka alami dengan penuh ketakutan saat ditemui di Desa Poli, Kecamatan Santian, Kabupaten TTS.
ST, FT, dan FS mengaku pada hari kejadian mereka tidak mengikuti kegiatan gladi upacara bendera serta sekolah minggu yang rutin diadakan pihak sekolah. Saat ditanya alasan ketidakhadiran mereka menyampaikan jawaban bervariasi.
Baca juga: Ketua PN Kota Kupang Temui SAKSIMINOR, Pastikan Proses Hukum Objektif dan Tanpa Intervensi
Ada yang lupa karena keasyikan bermain dan juga ada yang takut karena sering kena pukul saat kegiatan latihan upacara.
Walaupun tidak mengikuti gladi upacara tetapi ketiganya saat itu mengikuti sekolah minggu.
Namun, guru tersebut tetap memukul mereka karena tidak mengikuti latihan upacara.
Mereka juga mengaku tidak sempat memberi tahu wali kelas mereka, Yulen Nokas, mengenai ketidakhadiran itu. “Kami tidak izin, dan wali kelas kami juga tidak tahu kalau kami tidak ikut latihan,” tutur FT.
Menurut kesaksian mereka, peristiwa pemukulan terjadi saat apel siang untuk pulang sekolah pada Jumat (26/9/2025). Saat itu, guru penjaskes Yafet Nokas (YN) memanggil satu per satu murid yang tidak ikut latihan upacara dan sekolah minggu.
“Pak tanya kenapa tidak ikut gladi, tapi kami tidak jawab. Jadi pak langsung ambil batu dan pukul kami,” kata FS dengan nada pelan.
Guru tersebut mengambil batu yang berada di sekitar lapangan tempat apel dilaksanakan. Batu itu, menurut mereka, sebesar kepalan tangan mereka.
“Pak pukul kami pakai batu. Bagi yang tidak ikut gladi dan sekolah minggu, dipukul empat kali. Kami yang tidak ikut salah satu, dapat pukul dua kali,” ungkap ST.
Tiga siswa itu kompak menceritakan bahwa bagian kepala depan dan belakang menjadi sasaran pukulan sang guru.
“Kena di kepala bagian depan dan belakang. Waktu itu langsung bengkak dan sakit sekali,” ujar FT sambil menunduk.
Rasa sakit yang mereka alami membuat mereka menangis di tempat kejadian. “Sakit sekali sampai kami menangis,” tambah FS.
Baca juga: LIPSUS: Jaksa Usut Markup Tiket Pesawat di KPU TTU dan Tiga Rumah Dinas
Sesampainya di rumah, ketiga anak tersebut langsung menceritakan kejadian itu kepada orangtua masing-masing. Para orangtua, menurut mereka, sempat marah dan kecewa atas tindakan sang guru.
“Kami langsung kasih tau mama. Mama marah, tapi tidak bisa buat apa-apa karena itu terjadi waktu jam sekolah,” cerita ST.
Sebagian orang tua mencoba memberikan pertolongan seadanya di rumah dengan dikompres pakai air panas dan minum obat amoksilin supaya tidak sakit lagi. Namun, tidak satu pun dari ketiga anak tersebut sempat diperiksa di puskesmas atau rumah sakit.
Ketiga siswa itu juga mengungkapkan bahwa guru penjaskes Yafet Nokas bukan kali ini saja melakukan kekerasan terhadap murid. “Pak sering pukul. Kadang kalau kami terlambat ke sekolah atau waktu latihan upacara minggu-minggu sebelumnya, kami sering juga dipukul,” jelas FS.
Mereka menambahkan, setelah kejadian pemukulan pada Jumat itu, mereka tidak masuk sekolah keesokan harinya hingga sekarang.
“Hari Sabtu kami tidak ke sekolah karena kepala sakit. Sampai sekarang kami belum sekolah lagi karena takut. Kami lihat teman kami, Rafi To meninggal, jadi kami takut,” ungkap FT. (ito)
Kepala Sekolah Tidak Tahu
Kepala Sekolah SD Inpres One, di Desa Poli, Kecamatan Santian, Kabupaten TTS, Arnol Kase (57), mengaku tidak mengetahui adanya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh salah satu guru di sekolahnya terhadap sepuluh orang siswa, hingga salah satu korban bernama Rafi To meninggal dunia.
Menurut Arnol, dirinya baru mengetahui peristiwa tersebut setelah korban dinyatakan meninggal dunia pada Kamis, 2 Oktober 2025, sekitar pukul 18.00 Wita.
“Waktu pelaku Yafet Nokas melakukan pemukulan terhadap anak sekolah, saya tidak tahu karena itu sudah jam keluar sekolah. Jarak antara ruang guru dan tempat anak-anak apel siang juga cukup jauh, sehingga saya tidak tahu. Tidak ada yang lapor juga bahwa Pak Yafet Nokas memukul anak-anak,” ungkap Arnol saat diwawancarai Pos Kupang di kediamannya, Rabu (15/10/2025).
Baca juga: LIPSUS: Satu SPPG di Kota Kupang Dinonaktifkan, Buntut Kasus Keracunan Siswa
Arnol menjelaskan, kabar duka tentang meninggalnya Rafi To baru ia dengar keesokan harinya setelah Rafi meninggal. Informasi mengenai penyebab kematian korban pun baru ia ketahui dari cerita orangtua korban saat dirinya melayat.
“Saya baru tahu waktu kami melayat. Orangtua korban cerita bahwa Pak Yafet Nokas pukul murid di kepala pakai batu. Setelah korban dikubur, kami turun ke Polsek Boking dan di situ pelaku mengaku bahwa dia memukul pakai batu,” jelasnya.
Ia menambahkan, pengakuan resmi Yafet Nokas sebagai pelaku pemukulan terhadap Rafi To baru diketahui melalui berita acara pemeriksaan (BAP) di Polsek Boking. “Saya tahu Pak Yafet Nokas pelaku yang pukul murid pakai batu saat kami di Polsek Boking, itu pun di BAP-nya,” ujar Arnol.
Sebagai kepala sekolah, Arnol menegaskan bahwa dirinya selama ini selalu mengingatkan para guru agar tidak menggunakan kekerasan dalam mendidik siswa. “Setiap kali rapat saya selalu tekankan bahwa anak-anak sekarang bukan dipukuli, tapi disayangi. Ada aturan yang melindungi mereka,” tegasnya.
Ia sangat menyesalkan kejadian tragis tersebut dan berharap menjadi pelajaran berharga bagi semua tenaga pendidik agar lebih mengedepankan kasih sayang dan pendekatan humanis dalam proses belajar mengajar. “Anak-anak sekarang harus disayangi dan diayomi, bukan dipukul. Saya selalu sampaikan hal ini supaya tidak ada masalah seperti ini,” ujarnya.
Arnol juga menuturkan, selama ini sosok Yafet Nokas, guru Penjaskes di SD Inpres One, dikenal sebagai pribadi yang baik dan tegas dalam menjalankan tugasnya. Tapi tidak terlalu mengikuti kegiatan guru di kelas, kecuali saat observasi. (ito)
Rafi Bukan Anak Nakal
Wali Kelas V SD Inpres One, Yulens Nokas, mengaku baru mengetahui kabar meninggalnya muridnya, Rafi To, setelah kabar duka menyebar buntut peristiwa tragis pemukulan yang dilakukan oleh guru penjaskes di sekolah tersebut.
Yulens menjelaskan ia tidak mengetahui sama sekali kejadian itu hingga kabar duka tersebar di lingkungan sekolah. “Terkait kejadian ada guru yang memukul murid saya pakai batu, saya baru tahu setelah Rafi meninggal. Baru setelah itu saya dengar kalau dia meninggal karena dipukul di kepala oleh guru itu,” ungkap Yulens.
Yulens menambahkan, dirinya tidak sempat melayat ke rumah duka karena sedang berada di Kota Soe untuk mengurus berkas Pendidikan Profesi Guru (PPG). “Saya hanya dengar kabar bahwa anak murid saya meninggal. Saya tidak sempat melayat karena masih urus berkas PPG di Soe,” jelasnya.
Baca juga: LIPSUS: Eks Kapolres Ngada Dituntut 20 Tahun, Fajar Tidak Menyesali Perbuatannya
Ia mengenang almarhum Rafi sebagai anak yang ramah, pendiam, dan cerdas. Menurut Yulens, selama ini Rafi tidak pernah berbuat nakal dan tidak memiliki riwayat sakit.
“Rafi itu anaknya baik, ramah, dan pendiam. Dia cukup cerdas. Selama ini dia tidak pernah nakal, tidak pernah sakit, dan kalau ada ketidakhadiran pun biasanya hanya karena alpa, bukan karena sakit,” ujarnya.
Sementara itu, guru SD Inpres One lainnya, Femri Liu Nome (36), yang ditemui terpisah di kediamannya, juga mengaku tidak mengetahui peristiwa pemukulan tersebut. Pada saat kejadian, ia sedang mengikuti ujian PPG di Kota Soe. “Saya sama sekali tidak tahu waktu kejadian itu, karena saat itu saya sedang ikut ujian PPG di Soe,” ungkap Femri.
Femri mengatakan, dirinya baru mengetahui kabar meninggalnya Rafi setelah kepala sekolah mengumpulkan seluruh guru untuk melayat ke rumah duka. “Setelah Rafi meninggal, barulah kami dikumpulkan oleh kepala sekolah untuk pergi melayat,” katanya.
Menurutnya, seluruh guru SD Inpres One, bersama guru SMP Kristen Poli, SMA Kristen Poli, serta para siswa, turut hadir memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum. “Semua guru dan murid ikut melayat, termasuk juga Pak Yafet Nokas,” tutupnya. (ito)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Liputan Khusus Pos Kupang
Liputan Khusus
POS-KUPANG.COM
SD Inpres One
Meaningful
Eksklusif
Multiangle
| Tragedi Rafi To Guncang Dunia Pendidikan, Dosen Unimor Serukan Refleksi Nasional |
|
|---|
| Kesaksian Siswa SD Inpres One Poli, Dipukul Pakai Batu oleh Guru Penjaskes Hingga Trauma |
|
|---|
| SAKSI KATA: Kepala SD Inpres One Akui Tak Tahu Soal Pemukulan Siswa hingga Tewas |
|
|---|
| Wali Kelas Akui Baru Tahu Siswanya Tewas Dipukul Guru Setelah Kabar Duka Menyebar |
|
|---|
| Pasca Kasus Kekerasan di SD Inpres One Poli, Anak-anak Takut ke Sekolah, Orang Tua Cemas |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/kekerasan_20161203_170014.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.