Guru Aniaya Siswa Hingga Tewas

Anak-anak Takut ke Sekolah  Setelah Guru Pukul Siswa hingga Tewas

Rafi To, murid SD Inpres One yang meninggal dunia diduga akibat penganiayaan oleh guru penjaskes, Yafet Nokas. 

|
Pos Kupang/ant
Kekerasan terhadap anak, kekerasan anak, kdrt, korban kekerasan, anak ditampar (ANTARA News / Insan Faizin Mubarak) 

Usai menceritakan kejadian itu, kondisi Rafi makin memburuk. Ia mulai mengeluhkan rasa sakit di kepala dan demam tinggi. Keluarga sempat mengira hanya bengkak biasa sehingga tidak segera membawanya ke fasilitas kesehatan.

“Kami pikir cuma benjol biasa. Tapi hari Selasa (30/9/2025) sore dia mulai aneh, tidak suka cahaya, tidak mau ribut, bahkan minta lampu dimatikan supaya bisa tidur,” jelas Sarlisa.

Pada Rabu pagi, 1 Oktober 2025, keluarga memutuskan membawa Rafi ke Puskesmas menggunakan sepeda motor. Namun di tengah perjalanan, di daerah Naifatu, Rafi tiba-tiba melompat turun dan menolak melanjutkan perjalanan.

Baca juga: SAKSIMINOR Ketemu Ketua PN Kupang, Tegaskan Anak Bukan Alat Hiburan Orang Dewasa

“Saya rayu dia supaya tahan sedikit lagi, tapi dia bilang sudah tidak kuat dan mau tidur saja. Kami lalu berhenti di rumah warga untuk istirahat. Malam itu kami menginap di sana karena tidak ada mobil ke puskesmas, dan dari puskesmas juga bilang ambulans sedang dipakai pelayanan lain,” kenang Sarlisa.

Keesokan paginya, Kamis 2 Oktober 2025, mereka berjalan kaki pulang ke rumah sejauh sekitar satu kilometer. Dalam perjalanan pulang, Rafi tampak tenang, namun setibanya di rumah, ia kembali mengeluh sakit hebat di kepala dan mulai berteriak-teriak ketakutan.

“Dia sempat bilang takut, terus teriak kesakitan. Kami tidak tahu harus buat apa lagi. Tidak lama kemudian, sekitar pukul enam sore, dia mengembuskan napas terakhirnya,” tutur Sarlisa lirih.

Rumah Sederhana

Rafi merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Sehari-hari, ia dikenal sebagai anak pendiam dan penurut. Rumah tempat ia tinggal bersama kakeknya adalah bangunan sederhana dari bebak dan papan, dengan sebagian dinding bawah disemen permanen. Atap seng yang sudah berkarat tampak menambah kesan rumah lama dan sederhana itu.

Di depan rumah terdapat teras kecil dengan tiang-tiang kayu penyangga. Tanah di sekitar halaman tampak kering dan berdebu, khas wilayah pedesaan di musim panas. Beberapa tanaman hias tertata di depan rumah, memberi sedikit warna di tengah suasana duka mendalam yang menyelimuti keluarga.

Kini, rumah itu menjadi saksi bisu kehilangan besar bagi keluarga Toh. Raut wajah nenek dan kakek Rafi juga masih menunjukan ekspresi duka mereka mengenang cucu kesayangan yang telah pergi untuk selamanya akibat tindakan yang tidak manusiawi.

Keluarga mengaku sangat menyesal tidak segera membawa Rafi ke rumah sakit. “Kami tidak sangka lukanya seberat itu. Kami cuma pikir nanti juga sembuh sendiri. Tapi Tuhan berkehendak lain,” ujar Sarlisa.

Keluarga kini hanya berharap agar kasus itu bisa diusut tuntas oleh pihak berwenang, dan pelaku mendapat hukuman setimpal. “Kami tidak mau ada anak lain yang alami hal sama. Cukup sudah Rafi. Kami cuma minta keadilan untuk dia,” tegas Sarlisa.

Pukul Pakai Batu 

Tiga siswa kelas V SD Inpres One, di Desa Poli, Kecamatan Santian memberikan kesaksian mengenai tindakan penganiayaan yang mereka alami pada Jumat (26/9/2025) lalu. 

Peristiwa itu diduga menjadi rangkaian kekerasan yang juga menimpa almarhum Rafi To, salah satu murid sekolah tersebut yang meninggal dunia setelah mengalami pemukulan di bagian kepala.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved