Banjir Bandang di Nagekeo

LIPSUS: Banjir Bandang Seret Sembilan Warga, 3 Orang Tewas dan  6 Hilang 

Banjir bandang menerjang Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo usai wilayah tersebut diguyur hujan lebat sejak Minggu (7/9) hingga Senin (8/9).

|
POS-KUPANG.COM/HO-DOMINIKUS
 BANJIR BANDANG - Kondisi terkini pasca bencana banjir bandang di Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT. 

POS-KUPANG.COM, MBAY  – Banjir bandang menerjang Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo setelah wilayah tersebut diguyur hujan lebat sejak Minggu (7/9) hingga Senin (8/9/2025). Peristiwa tragis ini mengakibatkan 9 korban jiwa, terdiri dari 3 orang ditemukan meninggal dunia dan 6 orang lainnya masih dalam pencarian termasuk seorang balita berusia 1,2 tahun.

Kapolsek Mauponggo, Ipda Dewa Putu Suariawan, dalam keterangannya pada Selasa (9/9) menyampaikan banjir bandang terjadi akibat hujan dengan intensitas tinggi mengguyur hampir seluruh wilayah Kecamatan Mauponggo. 

Dikatakan Dewa Putu Suariawan, wilayah paling terdampak adalah Desa Sawu, tempat sejumlah korban ditemukan meninggal.  Proses evakuasi dimulai pada Senin pukul 11.00 Wita dan berlangsung hingga dini hari Selasa pukul 02.00 Wita. 

Tim dari Polsek Mauponggo bersama warga setempat bahu-membahu melakukan pencarian dan penyelamatan korban di tengah kondisi medan yang sulit, hujan deras, serta minimnya penerangan.

LOKASI - Penampakan Desa Sewu pasca diterjang banjir bandang, Senin 8 September 2025
LOKASI - Penampakan Desa Sewu pasca diterjang banjir bandang, Senin 8 September 2025 (POS-KUPANG.COM/CHARLE ABAR)

Sekitar pukul 21.00 Wita, personel Polsek Mauponggo yang dipimpin Ps. Kanit Propam Aipda Yakob B.

Wungbele, melakukan patroli dan pemantauan di wilayah terdampak.  Mereka berhasil menemukan empat orang terjebak di sebuah pondok milik Eligius Sopi di kawasan Mala Ledho.

Dalam evakuasi tersebut, satu korban berhasil diselamatkan, yang diketahui merupakan saudari kandung dari Eligius Sopi. Sementara tiga korban lainnya, termasuk Eligius Sopi, Mama Fance, dan Inan Nua, ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

"Evakuasi saat itu sangat sulit dilakukan karena keterbatasan personel, kondisi gelap, medan yang berat, serta hujan deras yang berisiko menimbulkan banjir susulan," ujar Dewa Putu Suariawan.

Baca juga: LIPSUS: Ketua DPRD NTT Emi Nomleni Tuding Wartawan Provokasi, Tunjangan DPRD yang Fantastis

Setelah kondisi mulai terang pada Selasa pukul 05.00 Wita, warga dan petugas kembali melanjutkan evakuasi dan berhasil membawa ketiga jenazah ke Puskesmas Mauponggo untuk proses pemandian dan dimasukkan ke dalam peti.

Jenazah kemudian diserahkan kepada keluarga dan dibawa ke rumah duka di Kampung Sawu.

Pencarian terhadap korban yang hilang masih terus dilakukan hingga Selasa pagi. Namun, upaya tersebut dihadapkan pada sejumlah kendala, seperti medan yang sulit diakses, hujan deras yang terus mengguyur, serta hilangnya jaringan komunikasi dan listrik.

JEMBATAN PUTUS- Jembatan Pina Rangkat yang menghubungkan ruas jalan Borong-Iteng ambruk diterjang banjir bandang.
JEMBATAN PUTUS- Jembatan Pina Rangkat yang menghubungkan ruas jalan Borong-Iteng ambruk diterjang banjir bandang. (POS-KUPANG.COM/DOK-NO)

Dijelaskan Dewa Putu Suariawan, akibat banjir bandang tersebut, jembatan Teodhae 1 dan Teodhae 2, yang menghubungkan wilayah Wolosambi–Sawu dan Sawu–Mauponggo, terputus akibat banjir. Saat ini, akses hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki jika debit air sudah menurun.

“Karena derasnya hujan saat evakuasi, dokumentasi tidak bisa dilakukan. Hingga kini, kami bersama warga terus melakukan pencarian korban,” tambah Dewa Putu Suariawan.

Pada Selasa pagi, cuaca mulai membaik dan debit air sudah berangsur menurun. Namun, warga tetap siaga akan kemungkinan banjir susulan dan terus bergotong royong dalam pencarian korban.

*Terserer Banjir 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved