Opini

Opini: Bahaya Learning Poverty

Kemampuan membaca anak SD di Indonesia hanya 0,001 yang berarti hanya 1 dari 1.000 anak SD di Indonesia yang terliterasi dengan baik. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI ADRIANUS NGONGO
Adrianus Ngongo 

Sekolah-sekolah yang jauh dari pusat-pusat pemerintahan atau yang jarang diawasi seringkali terjebak dalam persoalan ini.

Sistem pendidikan kita juga masih bermasalah. Banyak sekolah yang terjebak dalam praktek yang boros dan tata kelola yang salah sehingga menghasilkan output yang tidak mampu memenuhi persyaratan dunia usaha dan dunia industry. 

Angka pengangguran yang masih tinggi juga merupakan bagian dari kontribusi pendidikan yang belum efektif. 

Berdampak Buruk

Learning poverty ternyata berdampak buruk bagi anak didik. Pertama, mereka akan menghadapi masalah sulit memahami bacaan/pembelajaran di jenjang berikutnya. 

Ketidakmampuan dalam memahami bacaan akan menyulitkan dalam menangkap gagasan, informasi dan makna yang tersirat dalam teks. 

Selain itu, anak menjadi kurang kritis, sulit mengekspresikan pendapat bahkan kehilangan minat belajar. 

Dalam jangka panjang, isu ini dapat menghambat kemampuan berpikir logis, komunikasi efektif dan menurunkan kesempatan sukses di masa depan.

Kedua, anak didik juga rentan tertinggal pelajaran dan perkembangan. Ketidakmampuan memahami bacaan membuat anak didik tidak mampu memahami penjelasan guru, mengerjakan tugas, atau menyerap informasi dari teks. 

Akibatnya proses belajar menjadi lambat. Dampak lanjutannya, anak menjadi malas dan kehilangan motivasi belajar. 

Dalam proses pembelajaran di kelas ditunjukkan lewat keengganan mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan atau berdiskusi. 

Ketiga, dampak terburuknya adalah anak didik putus sekolah. Ketidakmampuan memahami informasi dan menangkap makna dari teks atau penjelasan guru akan membuat anak didik terhambat dalam memahami pelajaran. 

Ketika mereka tertinggal dan gagal memahami materi pelajaran, anak akan kehilangan minat dan kepercayaan diri dalam belajar. 

Ditambah dengan tekanan keluarga dan lingkungan yang menuntut lebih, anak menjadi malu dan merasa bahwa sekolah tidak lagi bermanfaat baginya. 

Di ujungnya, mereka memutuskan untuk tidak bersekolah dan makin terjerembab dalam lingkaran keputusasaan dan kemiskinan.

Selanjutnya, learning poverty juga akan mempengaruhi produktivitas, menghambat pengembangan 8 dimensi profil lulusan yang sangat dibutuhkan di Abad 21 dan memperlebar jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved