Opini
Opini: Bahaya Learning Poverty
Kemampuan membaca anak SD di Indonesia hanya 0,001 yang berarti hanya 1 dari 1.000 anak SD di Indonesia yang terliterasi dengan baik.
Oleh: Adrianus Ngongo
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Provinsi Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Learning poverty adalah suatu kondisi dimana anak usia sekolah dasar tidak menguasai keterampilan dasar membaca dan memahami teks sederhana pada usia 10 tahun.
Isu ini penting dibahas karena fakta menyajikan data yang miris. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa 53 persen anak-anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah menderita learning poverty.
Indonesian National Assesment Programme menemukan bahwa hanya 6 persen anak SD di Indonesia yang mampu membaca dengan baik.
Bila dibalik, artinya ada 94 persen anak SD di Indonesia yang memiliki kemampuan membaca rendah.
Baca juga: Opini: Urgensi Satuan Pendidikan Aman Bencana di Nusa Tenggara Timur
Data UNICEF malah lebih menyedihkan. Kemampuan membaca anak SD di Indonesia hanya 0,001 yang berarti hanya 1 dari 1.000 anak SD di Indonesia yang terliterasi dengan baik.
Di level Nusa Tenggara Timur ( NTT), tingkat literasi anak SD berada pada kondisi ‘darurat’.
Data Badan Pengembangan Mutu Pendidikan (BPMP) NTT pada tahun 2024 menunjukkan capaian literasi anak SD di NTT baru mencapai angka 59,28 persen.
Capaian ini menempatkan NTT sebagai salah satu provinsi lima terbawah dalam aspek capaian literasi.
Tiga Sebab
Masalah learning poverty di Indonesia terjadi karena keterbatasan akses, kualitas dan efektivitas sistem pendidikan.
Meski memang sudah ada upaya serius untuk menyediakan akses pendidikan yang memadai oleh pemerintah dan stakeholder pendidikan yang lain, soal akses terhadap institusi pendidikan masih perlu terus diperjuangkan.
Jarak sekolah yang jauh dari rumah atau anak-anak yang terpaksa tinggal bersama orangtua di lokasi kerja yang jauh adalah contoh kendala akses yang terbatas.
Kualitas pendidikan juga masih terus menjadi masalah yang belum kelar
dari dunia pendidikan Indonesia.
Sebagian kecil sekolah sudah mampu menyediakan layanan pendidikan yang bermutu.
Namun, masih cukup banyak sekolah yang menjalankan proses pendidikan seadanya sehingga mutu seringkali diabaikan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Adrianus-Ngongo3.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.