Opini

Opini: Pertarungan Narasi Kuasa vs Nurani Publik di Kasus Prada Lucky

Fokus harus dikembalikan pada keadilan bagi Prada Lucky sebagai hak publik, bukan sekadar urusan internal TNI.

|
Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI DANANG N RUSWANTARA
Danang Novika Ruswantara 

Langkah ini, baik sengaja atau tidak, berpotensi berfungsi sebagai “Defensive Framing”, upaya yang dapat dipresepsikan mengalihkan fokus dari substansi kasus kekerasan sistemik menjadi isu moralitas pribadi keluarga. 

Hasilnya, publik seolah dipaksa terdorong bertanya “mengapa prajurit bisa disiksa hingga meninggal?” menjadi “apakah ayah korban melanggar aturan?”.

Ini mengingatkan pada strategi diversion (pengalihan) “Red Herring”, yakni melempar isu yang tampak tidak relevan untuk mengalihkan perhatian dari isu utama. 

Meski Kapendam menegaskan "tidak ada kaitan", di benak publik, kaitan itu bisa tercipta otomatis karena momentumnya.

Lebih jauh, persepsi publik kini dapat mencerminkan apa yang dalam teori Restorasi Citra William Benoit (1995) disebut sebagai strategi “Attacking the Accuser”. 

Ketika institusi terdesak, respons defensif yang paling berisiko adalah mencoba meruntuhkan kredibilitas pihak yang menuntut pertanggungjawaban. 

Harapannya, jika sang ayah dianggap "cacat moral", suaranya akan kehilangan gaung.

Hierarki Penderitaan dan Resistensi di Ruang Digital

Namun, di era digital, strategi semacam ini justru berisiko menjadi bumerang. 

Publik hari ini memiliki literasi yang cukup tinggi untuk mendeteksi potensi manipulasi narasi. 

Netizen beroperasi dengan "hierarki penderitaan" yang jelas bahwa kehilangan nyawa anak akibat penyiksaan berada di puncak hierarki yang jauh lebih tinggi dibandingkan pelanggaran disiplin orang tuanya. 

Upaya mengatur sorotan publik ke arah moralitas individu akhirnya terpatahkan oleh kontra-agenda warganet.

Media sosial pun menjadi arena resistensi, sebuah public sphere modern (Habermas, 1989) di mana masyarakat menolak dikendalikan oleh narasi tunggal. 

Alih-alih memperbaiki citra, langkah ini justru memicu Streisand Effect yaitu upaya menutupi sesuatu yang malah membuatnya makin viral. 

Hasilnya, simpati publik terhadap keluarga korban membesar, sementara kredibilitas institusi menurun.

Kekuasaan, Putar Haluan, dan Pendekatan Empati

Meminjam kacamata Michel Foucault, pelaporan resmi oleh Kodim Rote Ndao di momen krusial ini dapat dibaca sebagai praktik disciplinary power dimana kekuasaan yang bekerja untuk mendisiplinkan mereka yang menentang otoritas. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved