Opini

Opini: Isu LGBT Prada Lucky, Senjata Tumpul di Hadapan Keadilan

Narasi ini menempelkan label LGBT pada Prada Lucky, menjadikannya kambing hitam yang seolah layak menerima perlakuan kejam tersebut. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI VITALIS WOLO
Vitalis Wolo 

Setelah pengadilan militer menegaskan bahwa tuduhan LGBT tidak berdasar, negara berkewajiban memulihkan nama baik Prada Lucky secara resmi sebagai korban penganiayaan. 

Ini bukan sekadar tindakan simbolik, melainkan langkah moral penting untuk mengembalikan kehormatan yang telah direnggut oleh kebohongan.

Dalam perspektif John Rawls, keadilan harus mengembalikan posisi dasar korban yang dirugikan secara sistemik. 

Keadilan bagi Prada Lucky tidak berhenti pada hukuman bagi pelaku, tetapi mencakup pemulihan martabatnya sebagai manusia dan prajurit negara. 

Pemerintah dan TNI wajib memperkuat mekanisme transparansi, memastikan setiap kematian prajurit diselidiki secara terbuka dan setiap fitnah dilawan dengan fakta. Diam terhadap fitnah adalah bentuk pengkhianatan terhadap kebenaran.

Tragedi Prada Lucky Chepril Saputra Namo mengingatkan bangsa ini bahwa fitnah bisa lebih mematikan daripada peluru. Fitnah melukai reputasi, mencemari ingatan kolektif, dan menodai rasa keadilan. 

Masyarakat beradab tidak boleh membiarkan seseorang “dibunuh dua kali” — oleh kekerasan fisik lalu oleh kebohongan yang mencemarkan nama.

Kebenaran pengadilan harus menjadi tonggak pemulihan martabat korban sekaligus landasan membangun budaya keadilan yang berpijak pada fakta, bukan stigma. 

Bangsa yang beradab ditandai oleh keberanian mencari kebenaran, bukan sekadar cepat menghukum.

Prada Lucky telah tiada. Namun kisahnya akan terus hidup sebagai peringatan bahwa kehormatan manusia tidak boleh terkubur bersama kebohongan. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved