Opini

Opini: Isu LGBT Prada Lucky, Senjata Tumpul di Hadapan Keadilan

Narasi ini menempelkan label LGBT pada Prada Lucky, menjadikannya kambing hitam yang seolah layak menerima perlakuan kejam tersebut. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI VITALIS WOLO
Vitalis Wolo 

Aparat militer selalu mengaku menjunjung tinggi kode etik prajurit: kejujuran, disiplin, kesetiaan, dan keberanian. 

Namun membiarkan rumor tanpa dasar merusak nama baik seorang prajurit yang sudah meninggal merupakan kegagalan moral institusi. 

Untuk memulihkan kepercayaan publik, TNI harus berani mengakui kesalahan moral dan bertindak transparan dalam menegakkan kebenaran.

Fenomena ini mencerminkan bentuk kekerasan simbolik seperti diulas Pierre Bourdieu, yaitu kekuasaan yang bekerja lewat stigma sosial dan bahasa, bukan senjata. 

Seseorang yang dicap “penyimpang” dianggap layak disalahkan, sehingga masyarakat berhenti mempertanyakan penyiksaan yang dialaminya dan justru menganggap korban bersalah. 

Padahal hukum modern tidak membenarkan penyiksaan dalam bentuk apa pun.

Data dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat 85 peristiwa kekerasan yang melibatkan anggota TNI sepanjang Oktober 2024–September 2025, dengan 182 korban, termasuk 31 orang meninggal dunia. 

Angka ini menunjukkan masih lemahnya mekanisme pengawasan internal dalam mencegah kekerasan fisik maupun simbolik di tubuh militer. (Data KontraS, 2025). 

Pembunuhan karakter menjadi lapisan kekerasan yang menambah penderitaan korban dan menyerang hak mereka untuk tetap bermartabat dalam memori kolektif bangsa.

Friedrich Nietzsche menulis bahwa rasa bersalah menandai adanya nurani, tetapi dalam budaya kekuasaan, rasa malu sering menutupi rasa bersalah itu. 

Para pelaku mungkin malu tertangkap, namun tidak sungguh-sungguh menyadari kesalahannya. 

Fitnah terhadap Prada Lucky adalah bentuk pelarian moral dari pelaku yang menuduh korban yang sudah tak dapat membela diri. 

Dalam skala sosial, rasa bersalah kolektif seharusnya menjadi titik tolak perubahan agar militer, media, dan masyarakat mau mengakui keterlibatan mereka dalam pembunuhan karakter ini.

Kematian Prada Lucky adalah cermin kegagalan sosial dalam membedakan fakta dan fitnah. 

Opini publik yang mudah digiring hingga mengorbankan seseorang yang lemah — apalagi dengan dalih moral — merupakan ancaman serius bagi keadilan. 

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved