Opini

Opini: Guru Sepanjang Waktu

Di Indonesia, guru bukan hanya pengajar materi pelajaran. Mereka adalah arsitek peradaban yang membentuk watak dan kompetensi generasi penerus. 

|
Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO
Heryon Bernard Mbuik, S.Pak., M.Pd. 

Konsep “guru sepanjang waktu” juga menegaskan bahwa proses pendidikan bukan peristiwa sesaat, melainkan interaksi berkelanjutan yang membentuk kepribadian dan pola pikir generasi. 

Penelitian World Bank (2022) melalui instrumen Teach menemukan bahwa kombinasi dukungan emosional, manajemen kelas yang efektif, dan instruksi pembelajaran yang terarah merupakan faktor kunci dalam meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa. 

Temuan ini menegaskan bahwa investasi pada penguatan kapasitas guru tidak hanya berdampak jangka pendek, tetapi juga menciptakan efek berkelanjutan dalam membangun generasi pembelajar sepanjang hayat.

Selain itu, studi OECD (2023) menunjukkan bahwa negara-negara dengan indeks pendidikan unggul seperti Finlandia, Singapura, dan Korea Selatan memiliki kesamaan fundamental: guru dihargai sebagai profesional, diberi ruang inovasi, dan didukung pengembangan kompetensi berkelanjutan. 

Dengan kata lain, kualitas sistem pendidikan secara langsung mencerminkan kualitas dan dedikasi guru yang bekerja tanpa mengenal batas waktu.

Di Indonesia, konsep ini semakin relevan di tengah kompleksitas zaman. Tantangan globalisasi, disrupsi digital, dan pergeseran kebutuhan keterampilan abad ke-21 membuat peran guru tidak lagi terbatas pada penguasaan materi pelajaran, tetapi juga pada pembentukan karakter adaptif, kemampuan berpikir kritis, dan literasi teknologi yang matang. 

Oleh karena itu, guru yang bekerja “sepanjang waktu” bukanlah pilihan, melainkan keharusan historis untuk menjaga daya saing bangsa.

Rekomendasi Strategis untuk Indonesia

1. Menutup Kekurangan Guru dengan Distribusi Cerdas

Defisit guru perlu diatasi melalui rekrutmen berbasis data dan distribusi yang adil. 

Insentif khusus untuk daerah 3T seperti tunjangan, fasilitas perumahan, dan percepatan jenjang karier harus segera diperluas.

2. Profesionalisasi Berkelanjutan

PMM harus ditingkatkan fungsinya sebagai “mesin peningkatan praktik”. Modul pelatihan harus terkurasi, berbasis bukti, dan terintegrasi dengan sistem kenaikan jabatan.

3. Jalur Karier yang Jelas dan Transparan

Indonesia perlu mengadopsi jalur karier tiga lajur:

  • Teaching Track: untuk guru yang memilih tetap mengajar di kelas.
  • Leadership Track: untuk mereka yang ingin memimpin sekolah atau wilayah.
  • Specialist Track: untuk mendalami bidang kurikulum, asesmen, atau teknologi pendidikan.
Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved