Opini
Opini: Guru Sepanjang Waktu
Di Indonesia, guru bukan hanya pengajar materi pelajaran. Mereka adalah arsitek peradaban yang membentuk watak dan kompetensi generasi penerus.
4. Meningkatkan Standar Pendidikan Guru
Belajar dari Finlandia, pendidikan guru perlu lebih berkualitas. Program magister terapan berbasis riset dan praktik intensif di sekolah laboratorium dapat menjadi langkah strategis.
5. Mengurangi Beban Administratif
Beban administratif yang berlebihan harus dikurangi. Sistem digital yang sederhana dan terintegrasi akan mengembalikan fokus guru ke hal yang paling penting: mendampingi murid.
Dimensi Etis dan Spiritual
Mengajar bukan sekadar profesi yang ditandai dengan rutinitas mengajar, menilai, dan melaporkan hasil belajar. Lebih dari itu, mengajar adalah panggilan moral dan spiritual.
Dalam Amsal 22:6 tertulis, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.”
Ayat ini menegaskan bahwa mendidik generasi muda bukanlah tugas jangka pendek, melainkan investasi nilai yang akan terus bergaung sepanjang hidup peserta didik.
Keteladanan guru adalah cahaya yang menuntun generasi melewati kegelapan zaman—baik itu dekadensi moral, arus informasi yang tak terfilter, maupun tantangan global yang kompleks.
Guru yang berintegritas menjadi “living curriculum,” teladan nyata yang menunjukkan bagaimana pengetahuan, nilai, dan kebajikan dapat berpadu menjadi kekuatan transformatif.
Namun, cahaya itu tidak bisa bersinar sendiri. Ia memerlukan ekosistem pendidikan yang adil, berkelanjutan, dan berpihak pada kualitas.
Negara, masyarakat, dan pemangku kepentingan harus bersinergi menciptakan ruang bagi guru untuk tumbuh dan berinovasi. Dukungan ini meliputi:
Kebijakan yang berpihak pada peningkatan kualitas guru, bukan sekadar administrasi pendidikan.
Penguatan kesejahteraan sehingga guru dapat mengajar dengan tenang tanpa terbebani masalah finansial.
Pengembangan kompetensi berkelanjutan agar guru mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan dinamika sosial.
Studi UNESCO (2023) menunjukkan bahwa dukungan struktural dan emosional bagi guru berbanding lurus dengan kualitas pembelajaran dan keterlibatan siswa.
Artinya, ketika guru dihargai dan didukung, mereka akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi generasi muda.
Pada tataran spiritual, guru yang menginternalisasi nilai-nilai moral dan iman dalam praktiknya membantu membangun generasi yang berkarakter kuat, berintegritas, dan berorientasi pada kebaikan bersama.
Sinergi antara keteladanan pribadi dan ekosistem pendidikan yang sehat adalah kunci agar “guru sepanjang waktu” tetap relevan, berdaya, dan berdampak lintas generasi.
Penutup
Guru adalah penjaga peradaban. Mereka membentuk karakter, mengasah intelektualitas, dan menanamkan nilai-nilai yang menjadi dasar bangsa.
Menguatkan guru bukan hanya soal meningkatkan kesejahteraan atau memberikan pelatihan.
Lebih dari itu, perlu sistem yang memampukan guru untuk terus belajar, berinovasi, dan berperan aktif di tengah perubahan zaman.
“Guru sepanjang waktu” bukan hanya metafora, tetapi ajakan kolektif untuk merawat dan memuliakan mereka agar cahaya ilmu tetap menyala di setiap ruang dan waktu. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.