Opini
Opini: Tragedi 28 Agustus dan Tanggung Jawab Pemimpin
Tidak ada rasa empati dalam diri para elit politik. Hal ini bisa dilihat dari abesnnya mereka untuk menemui para demonstran.
Akan tetapi, sebagai pemimpin atau elit politik dalam menjalankan kepemimpinan seharusnya mereka sudah matang secara mental, cara berpikir kritis-sistematis (critical thinking), dan mampu beradaptasi dalam situasi apapun, sehingga tidak sekadar mengandalkan pikiran dan akal sehat menurut cara pandang mereka sendiri.
Dibutuhkan kehadiran perasaan dari hati (feeling) para elit sebelum memberikan penilaian dan reaksi secara terbuka terhadap dinamika yang sedang terjadi di masyarakat.
Empati seseorang dapat dilihat dari bagaimana cara bertutur kata yang santun, rendah hati, humanis, serta bermartabat dalam menilai dan merespon dinamika yang terjadi di sekitarnya.
Daniel Goleman (1998), mengatakan bahwa kontribusi kecerdasan emosional (emotional intelligence—EI) yang dapat memberikan kontribusi dua (2) kali lipat lebih penting bagi setiap orang dalam berbagai level pekerjaan.
Secara eksploratif, Daniel Goleman membagi ketrampilan EI dalam dua dimensi pokok, yaitu:
Pertama, dimensi intrapersonal yang dibangun di atas landasan self-awareness dan self-esteem. Hal ini sejalan dengan apa yang pernah dikemukakan Aristoteles, ”knowing yourself is the beginning of all wisdom”.
Artinya, seseorang tidak akan pernah menggenggam buah kebajikan tanpa kemampuan untuk secara sadar dan jujur menyelidiki terlebih dahulu setiap sudut mata-hati dirinya sendiri sebelum menilai dan memberi reaksi terhadap orang lain.
Ini penting agar tidak asal bereaksi tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Kedua, dimensi interpersonal—ketrampilan dan kemampuan berinteraksi dan membangun jalinan relasi dan kerja sama serta sikap empati terhadap orang lain.
Tidak dipungkiri bahwa para pemimpin dan elit politik kita pasti hebat-hebat dalam membangun relasi dan kerjasama dengan pihak lain terutama yang menguntungkan.
Hanya saja, mereka belum memiliki kemampuan empati dan karakter yang baik. Hal ini bisa kita lihat dari sikap dan perilaku mereka dalam menangkap dan merasakan perasaan yang dialami masyarakat.
Padahal, ketrampilan sosial berupa kemampuan empati sangat penting agar lebih banyak mendengarkan dan menangkap keluhan masyarakat sebagai bahan informasi dan pengetahuan sebelum mengambil tindakan yang tepat dan efisien.
Tindakan yang cerdas (intelligent action) ditentukan oleh kemampuan mendapatkan informasi yang akurat, tidak bias, bukan berdasarkan asumsi sehingga dapat dipertanggung-jawabkan.
Tanggung Jawab Moral Elit
Sebagai pemimpin dan elit politik yang dipilih dan dipercayakan untuk mengemban amanah dari masyarakat dalam era demokratisasi mereka dituntut untuk memiliki kemampuan mental dan cara berpikir yang bijaksana.
Opini: Hamba yang Mulia Berikan Aku Sedekah Keadilan |
![]() |
---|
Opini: Menalar Demonstrasi |
![]() |
---|
Opini: Green Chemistry, Solusi Praktis Melawan Krisis Lingkungan di NTT |
![]() |
---|
Opini - Drama Penonaktifan Anggota DPR: Siapa yang Sebenarnya Berkuasa, Rakyat atau Partai? |
![]() |
---|
Opini: Anomali Tunjangan Pajak DPR RI, Sebuah Refleksi Keadilan Fiskal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.