Opini
Opini: Tragedi 28 Agustus dan Tanggung Jawab Pemimpin
Tidak ada rasa empati dalam diri para elit politik. Hal ini bisa dilihat dari abesnnya mereka untuk menemui para demonstran.
Upaya optimalisasi penerimaan pajak pun menyasar berbagai lapisan masyarakat, termasuk pedagang eceran, pedagang makanan dan minuman, pedagang emas, hingga perikanan.
Pedagang eceran, pedagang makanan dan minuman ini yang tidak dijelaskan sebenarnya yang disasar itu kriterianya seperti apa.
Hal ini justru menimbulkan kepanikan bagi masyarakat. Anehnya, entah benar atau tidak informasi tersebut, tidak ada pihak pemerintah yang mencoba menegaskan atau mengklarifikasi isu-isu atau informasi yang beredar luas di medsos.
Pemerintah seolah mengiyakan informasi tersebut. Yang paling anyar, adalah tunjangan keuangan yang fantastis bagi anggota DPR. Dalam tunjangan tersebut seperti yang beredar di berbagai platform media sosial, termuat juga pajak PPh pasal 21.
Hal ini sontak memantik amarah masyarakat, dimana penghasilan anggota DPR masih dibebankan pajaknya lagi dari APBN, sementara masyarakat harus membayar pajaknya sendiri.
Celakanya lagi, reaksi dari pimpinan elit di DPR dalam menyikapi protes masyarakat terlalu berlebihan sampai melukai perasaan mereka yang lagi kesulitan ekonomi.
Singkatnya, berbagai persoalan pelik yang terjadi di masyarakat seolah-olah dibiarkan dan “lumrah” terjadi oleh penguasa.
Pentingnya Empati dari Elit Politik
Berbagai runutan faktor pemantik amarah masyarakat yang diungkapkan di atas sesungguhnya terjadi akibat ketidakpekaan parah elit politik dalam menjalankan kepemimpinan di negeri ini.
Mereka sibuk sendiri dengan kepentingan mereka, sibuk bernarasi, sibuk berjoget.
Sementara masyarakat kecil yang harus menanggung akibat atau dampak dari kebijakan yang mereka ambil.
Tidak ada rasa empati dalam diri para elit politik. Hal ini bisa dilihat dari abesnnya mereka untuk menemui para demonstran untuk mendengarkan aspirasi yang ingin disampaikan.
Bahkan, informasi yang beredar di berbagai platform medsos ada elit yang memilih pelisiran ke luar negeri untuk menghindari tuntutan masyarakat.
Tak dipungkiri, bahwa kekuatan perasaan atau emosi dapat memengaruhi pikiran rasional atau tidak rasional seseorang yang akan mewujud dalam tutur kata dan perilaku.
Hal ini dikarenakan perasaan memang lebih cepat mengalir dibandingkan dengan pikiran yang rasional.
Opini: Hamba yang Mulia Berikan Aku Sedekah Keadilan |
![]() |
---|
Opini: Menalar Demonstrasi |
![]() |
---|
Opini: Green Chemistry, Solusi Praktis Melawan Krisis Lingkungan di NTT |
![]() |
---|
Opini - Drama Penonaktifan Anggota DPR: Siapa yang Sebenarnya Berkuasa, Rakyat atau Partai? |
![]() |
---|
Opini: Anomali Tunjangan Pajak DPR RI, Sebuah Refleksi Keadilan Fiskal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.