Breaking News

Opini

Opini: Yang Berhembus Dari Ruang Muspas Keuskupan Agung Kupang

Kenyataan kuat pertama yang menandai situasi Muspas adalah keceriaan yang jenaka. Para peserta tidak hanya datang untuk bermuspas. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI JB KLEDEN
JB Kleden 

Catatan Buat Siapa Saja

Oleh: JB Kleden
Pengamat dalam Muspas KAK 2025, tinggal di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM - Musyawarah Pastoral (Muspas) ke-5 Keuskupan Agung Kupang (KAK) Tahun 2025 yang berlangsung Senin, 29 September 2025 – hingga Jumat, 03 Oktober 2025 telah usai, namun menarik untuk dicermati.  

Pertama, Muspas ini merupakan Muspas pertama perjalanan KAK di bawah kegembalaan Mgr. Hironimus Pakaenoni berlandaskan motto episkopalnya “Pasce Oves Meas – Gembalakanlah Domba-DombaKu”.  

Dalam spirit episkopal ini, Muspas merenungkan  panggilan profetik Gereja membangun masa depan bersama yang bermartabat melalui tema besar: “Gereja Keuskupan Agung Kupang Berjalan Bersama Menuju Indonesia Emas melalui Transformasi Pendidikan”. 

Baca juga: Keuskupan Atambua Gelar Muspas IX dan Pameran Ekonomi Kreatif, Uskup: Bisa Bina Kebersamaan 

Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironimus Pakaenoni, merefleksikan bahwa pendidikan bukan sekadar hak, tetapi misi Gereja untuk membentuk manusia beriman, cerdas, dan peduli. 

Ini tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjadi garam dan terang dalam dunia pendidikan. 

Kedua, secara intuitif saja bisa dikatakan bahwa refleksi pastoral ini, merupakan manifestasi konkret dari semangat kebangsaan yang selaras dengan kebijakan Prabowo-Gibran yang menempatkan transformasi pendidikan sebagai kunci menuju Indonesia Emas 2045.  

Kita tahu, Gereja sebagai lembaga tak pernah ada demi dirinya sendiri, meskipun sering ia (bersama banyak agama lainnya) tergoda untuk berbuat demikian. 

Mengisolasikan diri dari keterjalinannya dengan persoalan bangsa adalah menebas relevansi praktisnya bagi kehidupan manusia. 

Maka sungguh menyejukkan mendengar suara Sang Gembala mengajak umatnya berjalan bersama dalam semangat sinodalitas membangun masa depan Indonesia yang bermartabat melalui transformasi pendidikan.  

Sebuah seruan yang bersifat ‘doksologi’ sekaligus menggeliatkan dimensi-dimensi praksisnya. 

Saya merasa sangat beruntung hadir bersama 220 peserta yang terdiri dari para imam, biarawan-biarawati, para pengelola Lembaga Pendidikan Katolik dan  utusan paroki se-KAK. 

Kehadiran saya sebagai pengamat bersama Prof. Dr. Alo Liliweri, dan Romo Dr. Leo Mali, Pr. 

Dengan posisi ini saya mau menegaskan bahwa artikel ini tidak membahas hasil Muspas, tetapi  mengisahkan suasana dan harapan yang berhembus dalam Muspas sebagai catatan buat siapa saja. 

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved