Opini

Opini: Bahaya Favoritisme dalam Pendidikan Keluarga

Dalam jangka panjang, mereka bisa mengalami kesulitan menghadapi kegagalan karena terbiasa mendapat perlakuan istimewa.

|
Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI
Heryon Bernard Mbuik 

Dampak Favoritisme terhadap Perkembangan Anak

1. Dampak Psikologis

Bagi anak favorit: Anak yang terlalu dimanjakan cenderung mengembangkan kepribadian narsistik, kurang empati, dan ketergantungan tinggi terhadap validasi eksternal (Sherman, 2019). 

Dalam jangka panjang, mereka bisa mengalami kesulitan menghadapi kegagalan karena terbiasa mendapat perlakuan istimewa.

Bagi anak non-favorit:  Anak yang merasa diabaikan rentan mengalami harga diri rendah, kecemasan, depresi, dan masalah kepercayaan diri. 

Studi longitudinal oleh Volling et al. (2014) menunjukkan bahwa perlakuan yang tidak adil meningkatkan risiko masalah perilaku dan akademik.

2. Dampak Sosial

Favoritisme menciptakan ketegangan antar-saudara (sibling rivalry) yang dapat bertahan hingga dewasa. 

Anak favorit cenderung dilabeli “ anak emas” oleh saudara kandungnya, sedangkan anak non-favorit bisa tumbuh dengan rasa iri, marah, atau menjauh dari interaksi keluarga.

3. Dampak Akademik dan Karier

Anak yang mendapat label “ anak kebanggaan” sering ditekan untuk selalu berprestasi, sehingga berpotensi mengalami burnout akademik atau pekerjaan. 

Sebaliknya, anak non-favorit mungkin kehilangan motivasi belajar karena merasa kemampuannya tidak pernah dihargai. 

Dalam jangka panjang, ini dapat memengaruhi pilihan karier, produktivitas, dan kesehatan mental mereka.

Perspektif Pendidikan dan Teologis

Dalam perspektif pendidikan, favoritisme bertentangan dengan prinsip pendidikan holistik, yaitu mengembangkan potensi seluruh anak secara adil. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved