Opini
Opini: Menghidupi Negeri dari Sepiring Gizi
Ini bukan semata persoalan kemiskinan, melainkan wujud ketimpangan struktural dan krisis keadilan sosial.
Ketika produk lokal diprioritaskan, pasar rakyat kembali hidup, harga hasil pertanian stabil, dan kesejahteraan petani meningkat.
Ekonomi tidak lagi tumbuh dari pusat ke pinggiran, tapi dari dapur petani langsung ke piring rakyat.
Program ini juga menciptakan banyak lapangan kerja baru—mulai dari logistik, pengolahan makanan, hingga penyuluhan gizi.
Dikelola dengan baik, ia menjadi model pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan, bukan sekadar bantuan sosial jangka pendek.
Dengan satu kebijakan, negara dapat sekaligus menanggulangi kemiskinan dan memperbaiki gizi rakyat.
Ini adalah strategi pembangunan yang adil, menyeluruh, dan berdaya tahan tinggi—menghidupkan rakyat sekaligus menumbuhkan perekonomian nasional.
Ketahanan Pangan yang Inklusif
Ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan stok di gudang, melainkan tentang akses rakyat terhadap makanan sehat setiap hari.
Dalam konteks ini, program makanan bergizi gratis menjadi elemen penting dalam menciptakan sistem pangan nasional yang inklusif dan adil.
Dalam situasi krisis seperti pandemi atau bencana alam, kelompok miskin selalu menjadi yang paling rentan terhadap kelaparan dan malnutrisi.
Tanpa perlindungan sosial yang kuat, akses mereka terhadap gizi yang layak akan semakin menjauh.
Melalui program makanan gratis, negara dapat membangun sistem distribusi yang cepat, terjangkau, dan merata.
Ini bukan hanya solusi darurat, tetapi juga strategi kesiapsiagaan jangka panjang menghadapi krisis pangan global dan perubahan iklim.
Gizi yang merata adalah benteng pertama pertahanan negara. Bangsa yang sehat lebih tahan terhadap guncangan ekonomi, gejolak sosial, dan bencana alam.
Maka, makanan bergizi gratis bukan bentuk belas kasih, melainkan kebijakan strategis demi kedaulatan bangsa.
Opini: Belajar dari Anomali Cuaca dan Iklim di Nusa Tenggara Timur |
![]() |
---|
Opini: Logika Hukum yang Melukai Korban |
![]() |
---|
Opini: Membaca Fenomena Eat the Rich di Indonesia |
![]() |
---|
Opini: Menyoal Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di Nusa Tenggara Timur |
![]() |
---|
Opini: Remaja dan Seni Mencintai, Membaca Ulang Pacaran di Zaman Kini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.